Selasa, 12 Desember 2017

Tak Mudah Menjadi Seorang Tenaga Pendidik



Tak Mudah Menjadi Seorang Tenaga Pendidik
            Beberapa waktu   lalu saya di kejutkan dengan sebuah berita bahwa ada seorang guru yang di laporkan oleh muridnya sendiri hanya karena guru tersebut mencubit muridnya karena muridnya bermain ponsel,hal tersebut begitu mencengangkan saya,seorang guru tentunya menginginkan anak muridnya berhasil dan bisa belajar dengan baik,tapi alhasil muridnya tidak terima dan melaporkan guru tersebut kepada orang tuanya kemudian di lanjutkan ke pihak kepolisian, ini menunjukkan bahwa kurang harmonisnya hubungan antara guru dan orang tua,padahal menurut saya kasus seperti ini cukup di selesaikan melalui kekeluargaan tidak mesti di ajukan ke meja hijau.Dari berita tersebut saya berkaca pada diri saya sendiri,beberapa pertanyaan saya lontarkan kepada diri saya sendiri. Saya seorang mahasiswa yang mengambil ranah pendidikan,yang suatu saat nanti pasti terjun keduania pendidikan juga,apakah hal-hal tersebut akan saya alami juga? Lalu apakah yang harus saya persiapkan saya saat ini supaya nanti saya benar-benar menjadi seorang tenaga pendidik yang baik dan berkualitas ? itulah PR bagi kami,mahasiswa-mahasiswa yang mengambil ranah pendidikan.
            Satu bulan kemarin,di setiap hari rabu saya belajar terjun langsung ke sekolah dasar yang berada di daerah serang, saya belajar menjadi guru yang sesungguhnya bagi mereka, saya mengajar SD kelas 4 yang jumlahnya dalam satu kelas ada 31 orang, menurut saya itu tidak termasuk kelas gemuk, karena saya pernah mengajar juga di suatu SD yang dalam satu kelas mencapai 51 orang dan itu sulit untuk kondusif, ternyata yang saya alami dari 31 orang tersebut tak jauh dari yang 51 orang,mereka sama-sama aktif dan suasana kelas ramai seperti pasar, tapi sebagai seorang pendidik atau guru saya harus bisa menyelesaikan permasalahan tersebut, dan memposisikan diri saya sebagai guru dan sekaligus teman yang baik untuk mereka. Walaupun sebenarnya, menjadi seorang pendidik menurut saya tak semudah membalikkan telapak tangan, sesuai dengan kutipan KI Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan nasional, bahwa Pendidikan umumnya berupaya untuk memajukan budi pekerti(karakter atau kekutan batin),pikiran(intellect) dan jasmani anak –anak selaras dengan alam dan masyarakatnya. Bahwa yang paling sulit itu bukan seberapa pintar kita menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik tapi bagaimanakah cara kita bisa membentuk karakter-karakter  atau kepribadian peserta didik menjadi lebih baik,karena membentuk karakter itu lebih sulit daripada menyampaikan materi.
            Ada beberapa temuan yang saya alami ketika mengajar di sekolah dasar diantaranya:
1.      Siswa  Berkelahi
Kebiasaan ribut di kelas merupakan kebiasaan yang sering di lakukan siswa baik itu siswa SD,SMP,SMA  bahkan Mahasiswa sekalipun, namun yang saya hadapi kali ini adalah  siswa ribut saat pembelajaran berlangsung, di karenakan ada 2 orang siswa laki-laki yang berkelahi dengan teman sebangkunya,awalnya setelah selesai berdo’a dan di cek kehadirannya siswa terlihat aman-aman  saja, Cuma ketika saya sedang menulis lyric lagu tentang pekerjaan di papan tulis, tiba-tiba ada yang melemparkan tas dan buku temannya ke depan kelas, sayapun kaget, karena tak mengerti mengapa siswa tersebut melemparkan tas temannya dan kemudian saya melihat mereka saling berkelahi, akhirnya dengan spontan sayapun melerai mereka, tapi karena kuatnya emosi mereka berdua tetap saling berkelahi, dan akhirnya saya membawa salah satu dari mereka keluar kelas dan meminta siswa tersebut untuk tenang dan tidak emosi,kemudian saya menanyakan apa permasalahan yang terjadi, siswa tersebut mengaku bahwa dia merasa di ejek atau di remehkan oleh teman sebangkunya, dan akhirnya dia kesal dan melemparkan tas temannya tersebut. Setelah itu saya mencoba untuk memberikan pemahaman dan nasehat kepada mereka berdua, dan meminta mereka untuk saling bersalaman dan meminta maaf satu sama lain, akhirnya mereka berdua mau berdamai, tetapi dengan syarat mereka berdua tidak duduk dalam satu bangku yang sama, akhirnya keinginan mereka saya kabulkan, dan kemudian kami belajar dengan kondusif seperti semula.
2.      Siswa memukul-mukul meja saat pembelajaran
Dari 31 orang siswa di kelas, memang memiliki karakter yang berbeda-beda ada yang pendiam, ada yang suka mengobrol, ada yang suka bernyanyi, dan ada juga yang suka mukul-mukul meja, yaa menurut saya itu merupakan kebiasaan yang wajar-wajar saja, tapi ternyata kebiasaan siswa yang memukul meja tersebut, mengganggu kenyamanan belajar siswa yang lain, sebagian siswa yang lain tidak bisa fokus belajar, akhirnya yang saya lakukan adalah memanggil ketika tersebut keluar kelas dan saya katakan kepada siswa tersebut ‘’bahwa kebiasaan memukul meja mungkin itu adalah bakat kamu di dunia musik, kamu bisa jadi seorang druumer yang hebat, tapi untuk saat ini ibu mohon kebisaan tersebut di jangan di lakukan dulu,supaya kita belajarnya nyaman’’ akhirnya siswa tersebutpun mengangguk dan mengerti apa yang saya katakan.
3.      Media  Yang Rusak
Setiap mengajar saya berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk siswa, salah satunya untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap materi, saya menggunakan media pembelajaran, ternyata siswa  memang begitu antusias jika dalam belajar menggunakan media. Tapi ketika jam istirahat media tersebut di mainkan oleh siswa dan mereka saling tarik menarik, akhirnya rusaknlah media tersebut.Media awalnya akan di tempel di dalam kelas atas saran dari wali kelas 4, tapi karena rusak akhirnya tidak jadi, merekapun meminta maaf atas kesalahannnya merusak media, tapi justru disitu membuat saya senang, karena mereka menujukkan sikap tanggung jawabbnya,dengan cara meminta maaf, karena untuk karakter tersebut jarang di miliki oleh seorang siswa.
4.      Siswa Yang Datang Terlambat
Kebiasaan datang terlambat menunjukkan ketidak disiplinan siswa, tapi bisa juga karena faktor yang lain, ketika pembelajaran sedang di berlangsung,tiba-tiba ada seorang siswa yang mengucapkan salam dan masuk kelas, dan kemudian siswa yang lain pun langsung bersorak kepada siswa yang datang terlambat tersebut, kemudian ada siswa yang lain, yang menyeltetuk bahwa ‘’iya bu dia emang suka terlambat’’ dari perkataan  temannya tersebut saya pun memahami, akhirnya siswa yang datang terlambat tersebut saya beri konsekuensi harus menghafal surat-surat pendek dalam Al- Qur’ an dan ia pun siap, kemudain saya katakan kepada siswa tersebut, kalau 1 bulan ke depan kamu tidak terlambat lagi, ibu akan kasih kamu reword, siswa itupun mengangguk dan setelah satu bulan kedepan saya perhatikan siswa tersebut tidak datang terlambat lagi dan saya pun membrikan hadiah kepada siswa tersebut, walaupun hadiahnya tidak seberapa tapi bisa merubah kebiasaan buruk siswa tersebut.
            Sebenarnya banyak sekali pengalaman yang menjadikan pembelajaran bagi saya pribadi setelah mengajar baik itu suatu permasalahan maupun hal-hal baik yang patut di tiru, karena ada hal-hal baik juga yang saya dapatkan di SD tersebut, mulai dari kebisaan siswa tadaraus sebelum belajar, kebiasaan menabung,kebiasaan piket kelas yang setiap pulang sekolah selalu di laksanakan siswa, siswa yang menurut saya sedikit nakalpun ketika di dekati mereka mereka menghargai saya sebagai gurunya dan mau mendengarkan perkataan saya, karena pada jam istirahat saya lebih suka bermain bersama mereka dan mengenali mereka secara mendalam.Kemudian guru-guru disana yang baik dan mensuport saya untuk terus belajar menjadi seorang guru yang baik, dan masih banyak pengalaman yang lainnya.
            Dari guru-guru di sana juga saya banyak belajar bagaimana kita sebagai calon guru harus senantiasa sabar dalam menghadapi berbagai karakter siswa, harus sabar menjadi guru honorer yang gajinya tidak cukup untuk memnuhi kebutuhan sehari-hari, harus bisa membagi waktu untuk keluarga, anak-anak di rumah, suami  dan juga memikirkan siswa yang begitu banyaknya, karena pekerjaan seorang guru itu merupakan pekerjaan yang sangat mulia, guru pantas di ibaratkan seperti pahlawan tanpa tanda jasa, dan keiklhlasan seorang guru dalam menyampaikan ilmu itu akan menjadi pahala yang terus mengalir, Jadi untuk para guru tetap semangat untuk mencerdaskan anak-anak bangsa, walaupun sulit tapi tetapkalah menjadi contoh dan penyejuk bagi mereka, yakni anak-anak bangsa