Tak Mudah Menjadi
Seorang Tenaga Pendidik
Beberapa
waktu lalu saya di kejutkan dengan sebuah berita
bahwa ada seorang guru yang di laporkan oleh muridnya sendiri hanya karena guru
tersebut mencubit muridnya karena muridnya bermain ponsel,hal tersebut begitu
mencengangkan saya,seorang guru tentunya menginginkan anak muridnya berhasil
dan bisa belajar dengan baik,tapi alhasil muridnya tidak terima dan melaporkan
guru tersebut kepada orang tuanya kemudian di lanjutkan ke pihak kepolisian,
ini menunjukkan bahwa kurang harmonisnya hubungan antara guru dan orang tua,padahal
menurut saya kasus seperti ini cukup di selesaikan melalui kekeluargaan tidak
mesti di ajukan ke meja hijau.Dari berita tersebut saya berkaca pada diri saya
sendiri,beberapa pertanyaan saya lontarkan kepada diri saya sendiri. Saya
seorang mahasiswa yang mengambil ranah pendidikan,yang suatu saat nanti pasti
terjun keduania pendidikan juga,apakah hal-hal tersebut akan saya alami juga?
Lalu apakah yang harus saya persiapkan saya saat ini supaya nanti saya
benar-benar menjadi seorang tenaga pendidik yang baik dan berkualitas ? itulah
PR bagi kami,mahasiswa-mahasiswa yang mengambil ranah pendidikan.
Satu bulan kemarin,di setiap hari
rabu saya belajar terjun langsung ke sekolah dasar yang berada di daerah
serang, saya belajar menjadi guru yang sesungguhnya bagi mereka, saya mengajar
SD kelas 4 yang jumlahnya dalam satu kelas ada 31 orang, menurut saya itu tidak
termasuk kelas gemuk, karena saya pernah mengajar juga di suatu SD yang dalam
satu kelas mencapai 51 orang dan itu sulit untuk kondusif, ternyata yang saya
alami dari 31 orang tersebut tak jauh dari yang 51 orang,mereka sama-sama aktif
dan suasana kelas ramai seperti pasar, tapi sebagai seorang pendidik atau guru
saya harus bisa menyelesaikan permasalahan tersebut, dan memposisikan diri saya
sebagai guru dan sekaligus teman yang baik untuk mereka. Walaupun sebenarnya,
menjadi seorang pendidik menurut saya tak semudah membalikkan telapak tangan,
sesuai dengan kutipan KI Hajar Dewantara,
seorang tokoh pendidikan nasional, bahwa Pendidikan umumnya berupaya untuk memajukan budi pekerti(karakter atau
kekutan batin),pikiran(intellect) dan jasmani anak –anak selaras dengan alam
dan masyarakatnya. Bahwa yang paling
sulit itu bukan seberapa pintar kita menyampaikan materi pelajaran kepada
peserta didik tapi bagaimanakah cara kita bisa membentuk karakter-karakter atau kepribadian peserta didik menjadi lebih
baik,karena membentuk karakter itu lebih sulit daripada menyampaikan materi.
Ada
beberapa temuan yang saya alami ketika mengajar di sekolah dasar diantaranya:
1. Siswa
Berkelahi
Kebiasaan ribut di kelas merupakan
kebiasaan yang sering di lakukan siswa baik itu siswa SD,SMP,SMA bahkan Mahasiswa sekalipun, namun yang saya
hadapi kali ini adalah siswa ribut saat
pembelajaran berlangsung, di karenakan ada 2 orang siswa laki-laki yang
berkelahi dengan teman sebangkunya,awalnya setelah selesai berdo’a dan di cek
kehadirannya siswa terlihat aman-aman
saja, Cuma ketika saya sedang menulis lyric lagu tentang pekerjaan di
papan tulis, tiba-tiba ada yang melemparkan tas dan buku temannya ke depan
kelas, sayapun kaget, karena tak mengerti mengapa siswa tersebut melemparkan
tas temannya dan kemudian saya melihat mereka saling berkelahi, akhirnya dengan
spontan sayapun melerai mereka, tapi karena kuatnya emosi mereka berdua tetap
saling berkelahi, dan akhirnya saya membawa salah satu dari mereka keluar kelas
dan meminta siswa tersebut untuk tenang dan tidak emosi,kemudian saya
menanyakan apa permasalahan yang terjadi, siswa tersebut mengaku bahwa dia
merasa di ejek atau di remehkan oleh teman sebangkunya, dan akhirnya dia kesal
dan melemparkan tas temannya tersebut. Setelah itu saya mencoba untuk
memberikan pemahaman dan nasehat kepada mereka berdua, dan meminta mereka untuk
saling bersalaman dan meminta maaf satu sama lain, akhirnya mereka berdua mau
berdamai, tetapi dengan syarat mereka berdua tidak duduk dalam satu bangku yang
sama, akhirnya keinginan mereka saya kabulkan, dan kemudian kami belajar dengan
kondusif seperti semula.
2. Siswa
memukul-mukul meja saat pembelajaran
Dari 31 orang siswa di kelas, memang memiliki
karakter yang berbeda-beda ada yang pendiam, ada yang suka mengobrol, ada yang
suka bernyanyi, dan ada juga yang suka mukul-mukul meja, yaa menurut saya itu
merupakan kebiasaan yang wajar-wajar saja, tapi ternyata kebiasaan siswa yang
memukul meja tersebut, mengganggu kenyamanan belajar siswa yang lain, sebagian
siswa yang lain tidak bisa fokus belajar, akhirnya yang saya lakukan adalah
memanggil ketika tersebut keluar kelas dan saya katakan kepada siswa tersebut
‘’bahwa kebiasaan memukul meja mungkin itu adalah bakat kamu di dunia musik,
kamu bisa jadi seorang druumer yang hebat, tapi untuk saat ini ibu mohon
kebisaan tersebut di jangan di lakukan dulu,supaya kita belajarnya nyaman’’
akhirnya siswa tersebutpun mengangguk dan mengerti apa yang saya katakan.
3. Media Yang Rusak
Setiap mengajar saya berusaha untuk memberikan yang
terbaik untuk siswa, salah satunya untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap
materi, saya menggunakan media pembelajaran, ternyata siswa memang begitu antusias jika dalam belajar
menggunakan media. Tapi ketika jam istirahat media tersebut di mainkan oleh
siswa dan mereka saling tarik menarik, akhirnya rusaknlah media tersebut.Media
awalnya akan di tempel di dalam kelas atas saran dari wali kelas 4, tapi karena
rusak akhirnya tidak jadi, merekapun meminta maaf atas kesalahannnya merusak
media, tapi justru disitu membuat saya senang, karena mereka menujukkan sikap
tanggung jawabbnya,dengan cara meminta maaf, karena untuk karakter tersebut
jarang di miliki oleh seorang siswa.
4. Siswa
Yang Datang Terlambat
Kebiasaan datang terlambat menunjukkan ketidak
disiplinan siswa, tapi bisa juga karena faktor yang lain, ketika pembelajaran
sedang di berlangsung,tiba-tiba ada seorang siswa yang mengucapkan salam dan
masuk kelas, dan kemudian siswa yang lain pun langsung bersorak kepada siswa
yang datang terlambat tersebut, kemudian ada siswa yang lain, yang menyeltetuk
bahwa ‘’iya bu dia emang suka terlambat’’ dari perkataan temannya tersebut saya pun memahami, akhirnya
siswa yang datang terlambat tersebut saya beri konsekuensi harus menghafal
surat-surat pendek dalam Al- Qur’ an dan ia pun siap, kemudain saya katakan
kepada siswa tersebut, kalau 1 bulan ke depan kamu tidak terlambat lagi, ibu
akan kasih kamu reword, siswa itupun mengangguk dan setelah satu bulan kedepan
saya perhatikan siswa tersebut tidak datang terlambat lagi dan saya pun
membrikan hadiah kepada siswa tersebut, walaupun hadiahnya tidak seberapa tapi
bisa merubah kebiasaan buruk siswa tersebut.
Sebenarnya banyak sekali pengalaman
yang menjadikan pembelajaran bagi saya pribadi setelah mengajar baik itu suatu
permasalahan maupun hal-hal baik yang patut di tiru, karena ada hal-hal baik
juga yang saya dapatkan di SD tersebut, mulai dari kebisaan siswa tadaraus
sebelum belajar, kebiasaan menabung,kebiasaan piket kelas yang setiap pulang
sekolah selalu di laksanakan siswa, siswa yang menurut saya sedikit nakalpun ketika
di dekati mereka mereka menghargai saya sebagai gurunya dan mau mendengarkan
perkataan saya, karena pada jam istirahat saya lebih suka bermain bersama
mereka dan mengenali mereka secara mendalam.Kemudian guru-guru disana yang baik
dan mensuport saya untuk terus belajar menjadi seorang guru yang baik, dan
masih banyak pengalaman yang lainnya.
Dari guru-guru di sana juga saya
banyak belajar bagaimana kita sebagai calon guru harus senantiasa sabar dalam
menghadapi berbagai karakter siswa, harus sabar menjadi guru honorer yang
gajinya tidak cukup untuk memnuhi kebutuhan sehari-hari, harus bisa membagi
waktu untuk keluarga, anak-anak di rumah, suami
dan juga memikirkan siswa yang begitu banyaknya, karena pekerjaan
seorang guru itu merupakan pekerjaan yang sangat mulia, guru pantas di
ibaratkan seperti pahlawan tanpa tanda jasa, dan keiklhlasan seorang guru dalam
menyampaikan ilmu itu akan menjadi pahala yang terus mengalir, Jadi untuk para
guru tetap semangat untuk mencerdaskan anak-anak bangsa, walaupun sulit tapi
tetapkalah menjadi contoh dan penyejuk bagi mereka, yakni anak-anak bangsa