Selasa, 12 Desember 2017

Tak Mudah Menjadi Seorang Tenaga Pendidik



Tak Mudah Menjadi Seorang Tenaga Pendidik
            Beberapa waktu   lalu saya di kejutkan dengan sebuah berita bahwa ada seorang guru yang di laporkan oleh muridnya sendiri hanya karena guru tersebut mencubit muridnya karena muridnya bermain ponsel,hal tersebut begitu mencengangkan saya,seorang guru tentunya menginginkan anak muridnya berhasil dan bisa belajar dengan baik,tapi alhasil muridnya tidak terima dan melaporkan guru tersebut kepada orang tuanya kemudian di lanjutkan ke pihak kepolisian, ini menunjukkan bahwa kurang harmonisnya hubungan antara guru dan orang tua,padahal menurut saya kasus seperti ini cukup di selesaikan melalui kekeluargaan tidak mesti di ajukan ke meja hijau.Dari berita tersebut saya berkaca pada diri saya sendiri,beberapa pertanyaan saya lontarkan kepada diri saya sendiri. Saya seorang mahasiswa yang mengambil ranah pendidikan,yang suatu saat nanti pasti terjun keduania pendidikan juga,apakah hal-hal tersebut akan saya alami juga? Lalu apakah yang harus saya persiapkan saya saat ini supaya nanti saya benar-benar menjadi seorang tenaga pendidik yang baik dan berkualitas ? itulah PR bagi kami,mahasiswa-mahasiswa yang mengambil ranah pendidikan.
            Satu bulan kemarin,di setiap hari rabu saya belajar terjun langsung ke sekolah dasar yang berada di daerah serang, saya belajar menjadi guru yang sesungguhnya bagi mereka, saya mengajar SD kelas 4 yang jumlahnya dalam satu kelas ada 31 orang, menurut saya itu tidak termasuk kelas gemuk, karena saya pernah mengajar juga di suatu SD yang dalam satu kelas mencapai 51 orang dan itu sulit untuk kondusif, ternyata yang saya alami dari 31 orang tersebut tak jauh dari yang 51 orang,mereka sama-sama aktif dan suasana kelas ramai seperti pasar, tapi sebagai seorang pendidik atau guru saya harus bisa menyelesaikan permasalahan tersebut, dan memposisikan diri saya sebagai guru dan sekaligus teman yang baik untuk mereka. Walaupun sebenarnya, menjadi seorang pendidik menurut saya tak semudah membalikkan telapak tangan, sesuai dengan kutipan KI Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan nasional, bahwa Pendidikan umumnya berupaya untuk memajukan budi pekerti(karakter atau kekutan batin),pikiran(intellect) dan jasmani anak –anak selaras dengan alam dan masyarakatnya. Bahwa yang paling sulit itu bukan seberapa pintar kita menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik tapi bagaimanakah cara kita bisa membentuk karakter-karakter  atau kepribadian peserta didik menjadi lebih baik,karena membentuk karakter itu lebih sulit daripada menyampaikan materi.
            Ada beberapa temuan yang saya alami ketika mengajar di sekolah dasar diantaranya:
1.      Siswa  Berkelahi
Kebiasaan ribut di kelas merupakan kebiasaan yang sering di lakukan siswa baik itu siswa SD,SMP,SMA  bahkan Mahasiswa sekalipun, namun yang saya hadapi kali ini adalah  siswa ribut saat pembelajaran berlangsung, di karenakan ada 2 orang siswa laki-laki yang berkelahi dengan teman sebangkunya,awalnya setelah selesai berdo’a dan di cek kehadirannya siswa terlihat aman-aman  saja, Cuma ketika saya sedang menulis lyric lagu tentang pekerjaan di papan tulis, tiba-tiba ada yang melemparkan tas dan buku temannya ke depan kelas, sayapun kaget, karena tak mengerti mengapa siswa tersebut melemparkan tas temannya dan kemudian saya melihat mereka saling berkelahi, akhirnya dengan spontan sayapun melerai mereka, tapi karena kuatnya emosi mereka berdua tetap saling berkelahi, dan akhirnya saya membawa salah satu dari mereka keluar kelas dan meminta siswa tersebut untuk tenang dan tidak emosi,kemudian saya menanyakan apa permasalahan yang terjadi, siswa tersebut mengaku bahwa dia merasa di ejek atau di remehkan oleh teman sebangkunya, dan akhirnya dia kesal dan melemparkan tas temannya tersebut. Setelah itu saya mencoba untuk memberikan pemahaman dan nasehat kepada mereka berdua, dan meminta mereka untuk saling bersalaman dan meminta maaf satu sama lain, akhirnya mereka berdua mau berdamai, tetapi dengan syarat mereka berdua tidak duduk dalam satu bangku yang sama, akhirnya keinginan mereka saya kabulkan, dan kemudian kami belajar dengan kondusif seperti semula.
2.      Siswa memukul-mukul meja saat pembelajaran
Dari 31 orang siswa di kelas, memang memiliki karakter yang berbeda-beda ada yang pendiam, ada yang suka mengobrol, ada yang suka bernyanyi, dan ada juga yang suka mukul-mukul meja, yaa menurut saya itu merupakan kebiasaan yang wajar-wajar saja, tapi ternyata kebiasaan siswa yang memukul meja tersebut, mengganggu kenyamanan belajar siswa yang lain, sebagian siswa yang lain tidak bisa fokus belajar, akhirnya yang saya lakukan adalah memanggil ketika tersebut keluar kelas dan saya katakan kepada siswa tersebut ‘’bahwa kebiasaan memukul meja mungkin itu adalah bakat kamu di dunia musik, kamu bisa jadi seorang druumer yang hebat, tapi untuk saat ini ibu mohon kebisaan tersebut di jangan di lakukan dulu,supaya kita belajarnya nyaman’’ akhirnya siswa tersebutpun mengangguk dan mengerti apa yang saya katakan.
3.      Media  Yang Rusak
Setiap mengajar saya berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk siswa, salah satunya untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap materi, saya menggunakan media pembelajaran, ternyata siswa  memang begitu antusias jika dalam belajar menggunakan media. Tapi ketika jam istirahat media tersebut di mainkan oleh siswa dan mereka saling tarik menarik, akhirnya rusaknlah media tersebut.Media awalnya akan di tempel di dalam kelas atas saran dari wali kelas 4, tapi karena rusak akhirnya tidak jadi, merekapun meminta maaf atas kesalahannnya merusak media, tapi justru disitu membuat saya senang, karena mereka menujukkan sikap tanggung jawabbnya,dengan cara meminta maaf, karena untuk karakter tersebut jarang di miliki oleh seorang siswa.
4.      Siswa Yang Datang Terlambat
Kebiasaan datang terlambat menunjukkan ketidak disiplinan siswa, tapi bisa juga karena faktor yang lain, ketika pembelajaran sedang di berlangsung,tiba-tiba ada seorang siswa yang mengucapkan salam dan masuk kelas, dan kemudian siswa yang lain pun langsung bersorak kepada siswa yang datang terlambat tersebut, kemudian ada siswa yang lain, yang menyeltetuk bahwa ‘’iya bu dia emang suka terlambat’’ dari perkataan  temannya tersebut saya pun memahami, akhirnya siswa yang datang terlambat tersebut saya beri konsekuensi harus menghafal surat-surat pendek dalam Al- Qur’ an dan ia pun siap, kemudain saya katakan kepada siswa tersebut, kalau 1 bulan ke depan kamu tidak terlambat lagi, ibu akan kasih kamu reword, siswa itupun mengangguk dan setelah satu bulan kedepan saya perhatikan siswa tersebut tidak datang terlambat lagi dan saya pun membrikan hadiah kepada siswa tersebut, walaupun hadiahnya tidak seberapa tapi bisa merubah kebiasaan buruk siswa tersebut.
            Sebenarnya banyak sekali pengalaman yang menjadikan pembelajaran bagi saya pribadi setelah mengajar baik itu suatu permasalahan maupun hal-hal baik yang patut di tiru, karena ada hal-hal baik juga yang saya dapatkan di SD tersebut, mulai dari kebisaan siswa tadaraus sebelum belajar, kebiasaan menabung,kebiasaan piket kelas yang setiap pulang sekolah selalu di laksanakan siswa, siswa yang menurut saya sedikit nakalpun ketika di dekati mereka mereka menghargai saya sebagai gurunya dan mau mendengarkan perkataan saya, karena pada jam istirahat saya lebih suka bermain bersama mereka dan mengenali mereka secara mendalam.Kemudian guru-guru disana yang baik dan mensuport saya untuk terus belajar menjadi seorang guru yang baik, dan masih banyak pengalaman yang lainnya.
            Dari guru-guru di sana juga saya banyak belajar bagaimana kita sebagai calon guru harus senantiasa sabar dalam menghadapi berbagai karakter siswa, harus sabar menjadi guru honorer yang gajinya tidak cukup untuk memnuhi kebutuhan sehari-hari, harus bisa membagi waktu untuk keluarga, anak-anak di rumah, suami  dan juga memikirkan siswa yang begitu banyaknya, karena pekerjaan seorang guru itu merupakan pekerjaan yang sangat mulia, guru pantas di ibaratkan seperti pahlawan tanpa tanda jasa, dan keiklhlasan seorang guru dalam menyampaikan ilmu itu akan menjadi pahala yang terus mengalir, Jadi untuk para guru tetap semangat untuk mencerdaskan anak-anak bangsa, walaupun sulit tapi tetapkalah menjadi contoh dan penyejuk bagi mereka, yakni anak-anak bangsa

Kamis, 19 Januari 2017

BERFILSAFAT DENGAN IMMANUEL KANT


Filsafat Secara Umum
Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu Philosophia yang terbentuk dari dua akar kata philo dan Sophia.Philo berarti cinta atau keinginan dan karenanya berusaha untuk mencapai yang diinginkan itu.
Sedangkan sophia berarti kebijakan (hikmah) atau kepandaian.Jadi filsafat adalah keinginan yang mendalam untuk mencapai kepandaian, cinta pada kebijakan.
Secara terminology filsafat sangat beragam, baik dalam ungkapan maupun titik tekannya. Poedjawijanta mendefinisikan filsafat sebagai jenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran-pikiran belaka.
Plato mendefinisikan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli (hakiki) dan murni., dan kata Aristoteles filsafat adalah ilmu peengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyeban dari realita yang ada.
Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami sesuatu secara sistimatis, radikal dan kritis. Filsafat disini bukanlah suatu produk, melainkan proses, proses yang nantinya akan menentukan sesuatu itu dapat diterima atau tidak. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah suatu studi atau cara berfikir yang dilakukan secara reflektif atau mendalam untuk menyelidiki fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan dengan menggunakan alasan yang diperoleh dari pemikiran kritis yang penuh dengan kehati-hatian. Filsafat didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen, tetapi dengan menggunakan pemikiran yang mendalam untuk menggungkapkan masalah secara persis, mencari solusi dengan memberi argumen dan alasan yang tepat.
Pemahaman yang mendorong timbulnya filsafat  pada seseorang karena adanya sikap heran atau takjub yang melahirkan suatu pertanyaan. Pertanyaan itu memerlukan jawaban dan untuk mencari jawaban tersebut perlu adanya pemikiran-pemikiran yang mendalam untuk menemukan kebenarannya. Sehingga melahirkan keseriusan untuk melakukan penyelidikan secara sistimatis. Jadi dengan berfilsafat maka keinginan untuk mengetahui fenomena-fenomena dapat dimengerti dengan lebih mudah.
 Filsafat Menurut para Ahli
1.      Harold H. Titus : Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yg biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yg dijunjung tinggi.
2.      Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yg menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.
3.      Prof. Dr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
4.      Prof. Dr. Ismaun, M.Pd: Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yg hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yg sejati.
5.      Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yg berada di tengah-tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi, filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yg pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
6.      Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed. & Mustakim, S.Pd.,MM: Istilah dari filsafat berasal bahasa Yunani: ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti: ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
7.      Plato: Filsafat adalah pengetahuan yg berminat mencapai pengetahuan kebenaran yg asli.
8.      Aristoteles: Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yg meliputi kebenaran yg terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
9.      Al Farabi: Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yg sebenarnya.
10.  Cicero: Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan ).
Dilihat dari riwayat hidupnya, Immanuel Kant adalah seseorang yang sederhana. Selama hidupnya Kant menetap di Prusia dan mengalami masa peperangan tujuh tahun sewaktu Rusia menaklukkan Prusia Timur. Ia juga hidupdalam masa revolusi Perancis dan masa kejayaan Napoleon.
Selama hidupnya jarang sekali ia bepergian lebih dari 70 km dari tempat tinggalnya. Immanuel Kant dilahirkan di Koenigsberg, suatu kota di Prusia Timur, Jerman pada tanggal 22 April 1724, dari keluarga pembuat dan penjual alat-alat dari kulit untuk keperluan menunggang kuda.  Semula namanya ditulis dengan Cant, tetapi karena adanya perubahan ejaan yang menentukan bahwa huruf C juga dibaca seperti S, maka untuk tidak membuat meragukan orang yangmengenalnya, nama itu ditulis seperti yang dikenal orang sekarang. Perubahan itu telah terjadi pada zaman neneknya. Perhatian bagi hal-hal kecil semacam itu antara lain yang mempengaruhi sikap hidup Kant yang serba teliti lebih-lebih dalam hal pembagian waktu, sampai ia terkenal sebagai seorang profesor yang bekerja menurut waktu yang telah ditentukannya.
Kehidupannya sebagai filsuf di bagi dalam dua periode: zaman pra-kritis dan zaman kritis. Pada zaman pra-kritis ia menganut pendirian rasionalis yangdilancarkan oleh  Wolft. Tetapi karena terpengaruh oleh Hume berangsur-angsur Kant meninggalkan rasionalisme. Ia sendiri mengatakan bahwa Hume itulah yang membangunkannya dari tidur dogmatisnya. Pada zaman kritisnya, kant merubah wajah filsafatnya secara radikal. Ia menanamkan filsafatnya sekaligus mempertanggungkannya dengan dogmatisme.
Tiga Pokok Pemikiran Immanuel Kant
Immanuel Kant seorang filsuf termasyhur dari Jerman memiliki tiga pokok pemikiran yang harus diketahui terlebih dahulu, dikarenakan pemikirannya begitu original dan terlihat berbeda dari pemikiran para filsuf sebelumnya terutama berangkat dari filsuf Inggris bernama David Hume. Berikut ini pokok pemikirnnya:
  1. Panca indera, akal budi dan rasio. Kita sudah tahu tentang arti empirisme yang mementingkan pengalaman inderawi dalam memperoleh pengetahuan dan rasionalisme yang mengedepankan penggunaan rasio dalam memperoleh pengetahuan, tetapi rasio yang kita ketahui adalah sama dengan akal dan logis, namun Kant memberi definisi berbeda. Pada Kant istilah rasio memiliki arti yang baru, bukan lagi sebagai langsung kepada pemikiran, tetapi sebagai sesuatu yang ada “di belakang” akal budidan pengalaman inderawi. Dari sini dapat dipilah bahwa ada tiga unsur yaitu akal budi (Verstand), rasio (Vernunft) dan pengalaman inderawi.
  2. Dalam filsafatnya Kant mencoba untuk mensinergikan antara rasionalisme dan empirisme. Ia bertujuan untuk membuktikan bahwa sumber pengetahuan itu diperoleh tidak hanya dari satu unsur saja melainkan dari dua unsur yaitu pengalaman inderawi dan akal budi. Pengetahuan a-priori merupakan jenis pengetahuan yang datang lebih dulu sebelum dialami, seperti misalnya pengetahuan akan bahaya, sedankan a-posteriori sebaliknya yaitu dialami dulu baru mengerti misalnya dalam menyelesaikan Rubix Cube. Kalau salah satunya saja yang dipakai misalnya hanya empirisme saja atau rasionalisme saja maka pengetahuan yang diperoleh tidaklah sempurna bahkan bisa berlawanan. Filsafat Kant menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan gabungan (sintesis) antara keduanya.
  3. Dari sini timbullah bahwa Kant adalah seorang Kopernikan dalam bidang filsafat. Sebelum Kant, filsafat hampir selalu memandang bahwa orang (subjek) yang mengamati objek, tertuju pada objek, penelitian objek dan sebagainya. Kant memberikan arah yang sama sekali baru, merupakan kebalikan dari filsafat sebelumnya yaitu bahwa objeklah yang harus mengarahkan diri kepada subjek. Kant dapat dikatakan sebagai seorang revolusioner karena dalam ranah Filsafat Immanuel Kant pengetahuan ia tidak memulai pengetahuan dari objek yang ada tetapi dari yang lebih dekat terlebih dahulu yaitu si pengamat objek (subjek). Dengan ini tambah lagi salah satu fungsi filsafat yaitu membongkar pemikiran yang sudah dianggap mapan dan merekonstruksikannya kembali menjadi satu yang fresh, logis, dan berpengaruh.
           Pemikiran Kritisisme Immanuel Kant Filsafat yang dikenal dengan kritisisme adalah filsafat yang diintrodusir oleh Immanuel kant. Kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio. Perkembangan ilmu Immanuel Kant mencoba untuk menjebatani pandangan Rasionalisme dan Empirisisme, teori dalam aliran filsafat Kritisisme adalah sebuah teori pengetahuan yang berusaha untuk mempersatukan kedua macam unsur dari filsafat Rasionalisme dan disini kekuatan kritis filsafat sangatlah penting, karena ia bisa menghindari kemungkinan ilmu pengetahuan menjadi sebuah dogma. Filsafat ini memulai pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber pengetahuan manusia. Oleh karena itu, kritisisme sangat berbeda dengan corak filsafat modern sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak. Isi utama dari kritisisme adalah gagasan Immanuel Kant tentang teori pengetahuan, etika dan estetika
Pemikiran Immanuel Kant
      1.Apa yang dapat kita ketahui?
1.    Manusia diberi akal dan fikiran agar kita dapat berfikir dan memutuskan masalah. Karena memiliki akal dan fikiran, manusia selalu ingin tahu tentang segala sesuatunya. Manusia memiliki sifat ingin tahu yang sangat tinggi. Itu merupakan sifat dasar yang dimiliki manusia. Segala sesuatu yang ada dapat kita ketahui. Kecuali dua hal yang tidak dapat kita ketahui yaitu hati manusia dan takdir yang telah Tuhan tentukan. Pada zaman modern seperti sekarang ini, apapun dapat kita cari dari internet. Takdir yang telah Tuhan tentukan tidak dapat kita cari tahu. Takdir tersebut sudah ditulis jauh-jauh hari sebelum kita terlahir di dunia ini. Sedangkan hati manusia, tidakada seorang pun yang mengetahuinya. Sekalipun seseorang terlihat bahagia diluar, tapi hatinya tidak ada yang mengetahui apa ia sedang bahagia atau tidak. Takdir/rahasia Tuhan yaitu kematian, jodoh, dan rezeki tidak aka nada seorangpun yang mengetahuinya termasuk peramal-peramal hebat sekalipun. Yang kita harus lakukan adalah berdoa, ikhtiar, tawakal dan terus melakukan yang terbaik.
2.    Isi hati manusia tidak akan ada yang mengetahuinya. Ketika ia berkata jujur, apakah kita tahu dia berkata jujur? Apakah kita tahu dia sedang berbohong? Meskipun pada zaman yang modern ini manusia telah mencoba untuk menciptakan alat untuk menguji kejujuran seseorang, namun alat tersebut hanya benda mati, tetap saja kita akan meragukan kebenaran tersebut. Diri kita sendiri pun terkadang meragukan apa yang ada dalam hati kita. Terkadang kita merasa bingung ketika hati kita berkata sesuatu yang menurutnya baik, namun hati kecil kita menolaknya. Seperti yang biasanya kita bilang bahwa hati manusia tidak ada yang mengetahuinya kecuali dirinya sendiri dan Tuhan-nya. Pernyataan itu memang benar. Orang tua kita pun yang memiliki darah yang sama dengan kita, dia tidak akan mengetahui apa yang ada di dalam hati anaknya.
3.    Setiap manusia pasti memiliki rasa inghin tahu yang tinggi. Ia dapat mengeksplor atau mencari tahu sendiri apa yang dia inginkan, kecuali hati dan takdir tersebut.  Tuhan telah menyarankan kita untuk terus mengeksplorasi segala sesuatu yang ada di bumi ini, asalakan jangan merusaknya.

2. Apakah yang boleh kita lakukan?

Segala sesuatu yang ada di dunia ini merupakan berkah yang telah diberikan Tuhan yang tiada habisnya. Kita dapat melakukan apapun yang kita inginkan selagi itu positif. Semua manusia pasti ingin melakukan apapun tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya. Tindakan manusia yang tidak memperhatikan lingkungannya ini sangat merugikan manusia yang lainnya. Sekalipun kita boleh melakukan apapun semau kita namun kita harus tetap memperhatikan aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku di lingkungan kita, terutama norma agama. Selain itu, aturan yang harus kita taati sesama manusia adalah yang berkaitan dengan HAM (Hak Asasi Manusia). HAM merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan YME yang wajib dilindungi oleh setiap manusia guna melindungi harkat dan martabat manusia. Sejak lahir, manusia telah memiliki hak asasi yang wajib di junjung tinggi dan di hormati oleh semua orang. Contoh pelanggaran HAM antara lain : penindasan, membatasi dalam memberi pendapat, hukum diperlakukan secara tidak adil, dan sebagainya. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara kita boleh melakukan apapun yang kita inginkan asalkan tidak melanggar aturan-aturan tersebut. Kita diberikan kebebasan dalam menentukan pilihan, diberi kebebasan dalam menyampaikan pendapat dan sebagainya.
3.Sampai di manakah pengharapan kita?
Jika saya, secara pribadi, mendefinisikan Doa sebagai keinginan mendapatkan atau memperoleh atau “proses sejenisnya” akan sesuatu yang ditujukan kepada sesuatu, maka terjadi perbedaan antara Harapan dan Doa. Ini tentunya menurut definisi diatas. Harapan adalah insting manusia alamiah manusia. Dengan demikian ia hadir atas nama manusia dan bisa jadi seluruh manusia mempunyai harapan harapan. Sedangkan doa itu unik. Doa itu sesuai definisi diatas musti di tujukan kepada sesuatu. Dengan demikian Doa haruslah kepada sesuatu: Entah itu Alam, Tuhan, Roh dan sebagainya. Doa itu mustilah Harapan tetapi Harapan belum tentu Doa.
Sedangkan menurut pandangan saya sendiri, tidak ada perbedaan nyata antara Harapan dan Doa secara psikologis. Hanya saja kalau secara definisi mungkin akan berbeda. Doa secara singkat yang ditujukan kepada entitas tertentu adalah sebuah hasrat akan ketakmampuan kita dalam mencapai keinginan sehingga melepaskan atau menharapkan keinginan tersebut dipenuhi oleh sesuatu yang lain yang diyakini mampu. Entah apapun entitas itu: Alam, Tuhan, Imaginasi kita sendiri, bahkan dirikita sendiri yang tidak kita sadari bisa menjadi objek tujuan Doa. Harapan sendiri yang manusiawi mendorong adanya kegiatan Doa semacam ini alias mengharap kepada entitas diluar diri sendiri yang memiliki harapan (contoh: harapan diri sendiri yang disadari ke diri sendiri yang tak disadari). Dengan demikian yang mengklaim Beragama, Yang mengklaim Tak beragama, yang Mengklaim dirinya Bertuhan dan Tak bertuhan, tetap memiliki Harapan atau bahkan Doa.
Yang perlu diberi catatan disini adalah, karena emosionalitas kita juga dipengaruhi oleh bentukan atau hasil dari proses “komunikasi” sadar dan tak sadar dengan lingkungan tempat kita (ingat hanya salah satu lho), maka emosionalitas harapan akan berbeda-beda dimasing masing pribadi. Tergantung dari Pengalaman hidupnya.
Apakah mungkin seseorang tidak memiliki harapan? Sejauh dia hidup saya yakin dia masih memiliki sebuah keinginan atau harapan. Makan minum dan hidup itu sendiri merupakan sebuah harapan sadar dan kadang tak sadar dari diri kita.
4.      Apakah manusia itu?
Manusia merupakan mahluk yang unik yang menjadi salah satu kajian filsafat, bahkan dengan mengkaji manusia yang merupakan mikro kosmos. Dalam filsafat pembagian dalam melihat sesuatu materi yang terbagi menjadi dua macam esensi dan eksistensi. Begitu pula manusia dilihat sebagai materi yang memiliki dua macam bagian esensi dan eksistensi. Manusia dalam hadir dalam dunia merupakan bagian yang berada dalam diri manusia esensi dan eksistensi. Esensi dan eksistensi manusia ini yang menjadikan manusia ada dalam muka bumi. Esensi dan eksistensi bersifat berjalan secara bersamaan dan dalam perjalananya dalam diri manusia ada yang mendahulukan esensi dan juga eksistensi. Manusia yang menjalankan esensi menjadikan ia bersifat tidak bergerak dan menunjau lebih dalam saja tanpa melakukan aktualisasi. Begitu pula manusia yang menjalankan eksistensi tanpa melihat esensi maka yang terjadi ia hanya ada tetapi tidak dapat mengada. Seperti yang telah dikekmukakan oleh ‘Ali Syariati bahwa esensi manusia merupakan dialektika antara ruh Tuhan dengan lempung dari dialektika tersebut menjadikan manusia ada dalam mengada. Proses mengadanya manusia merupakan refleksi kritis terhadap manusia dan realitas sekitar. Sebagaimana perkataan bijak yang dilontarkan oleh socrates bahwa hidup yang tak direfleksikan tak pantas untuk dijalanani. Refleksi tersebut menjadikan manusia dapat memahami diri sendiri, realitas alam dan Tuhan. Manusia yang memahami tentang dirinya sendiri ma ia akan memahami Penciptanya. Proses pemahaman diri dengan pencipta menjadikan manusia berproses menuju kesempurnaan yang berada dalam diri manusia. Proses pemahaman diri dengan refleksi kristis diri, agama dan realitas, hal tersebut menjadikan diri manusia menjadi insan kamil atau manusia sempurna.
 Studi Empiris dan Aliran-aliran Filsafat Ilmu
Ø  Rasionalisme
Rasionalisme adalah mashab filsafat ilmu yang berpandangan bahwa rasio adalah sumber dari segala  pengetahuan. Dengan demikian, kriteria kebenaran  berbasis pada  intelektualitas. Strategi pengembangan ilmu model rasionalisme, dengan demikian, adalah mengeksplorasi gagasan dengan kemampuan intelektual manusia.
Sejak abad pencerahan, rasionalisme diasosiasikan dengan pengenalan metode matematika (Rasionalisme continental). Tokoh-tokoh rasionalisme diantaranya adalah Descartes, Leibniz dan Spinoza.
Benih rasionalisme sebenarnya sudah ditanam sejak jaman Yunani kuno. Salah satu tokohnya, Socrates, mengajukan sebuah proposisi yang terkenal bahwa sebelum manusia memahami dunia ia harus memahami dirinya sendiri. Kunci untuk memahami dirinya itu adalah kekuatan rasio. Para pemikir rasionalisme berpandangan bahwa tugas dari para filosof diantaranya adalah membuang pikiran irasional dengan rasional. Pandangan ini misalnya disokong oleh Descartes yang menyatakan bahwa pengetahuan sejati hanya didapat dengan menggunakan rasio. Tokoh lain, Baruch Spinoza secara lebih berani bahkan mengatakan : “God exists only philosophically” (Calhoun, 2002).
Sumbangan rasionalisme tampak nyata dalam membangun ilmu pengetahuan modern yang didasarkan pada kekuatan pikiran atau rasio manusia. Hasil-hasil teknologi era industri dan era informasi tidak dapat dilepaskan dari andil rasionalisme untuk mendorong manusia menggunakan akal pikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan untuk kesejahteraan manusia.
Ø  Empirisme
Empirisme adalah sebuah orientasi filsafat yang berhubungan dengan kemunculan ilmu pengetahuan modern dan metode ilmiah. Empirisme menekankan bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat terbatas pada apa yang dapat diamati dan diuji. Oleh karena itu, aliran empirisme memiliki sifat kritis terhadap abstraksi dan spekulasi dalam membangun dan memperoleh ilmu. Strategi utama pemerolehan ilmu, dengan demikian, dilakukan dengan penerapan metode ilmiah. Para ilmuwan berkebangsaan Inggris seperti John Locke, George Berkeley dan David Hume adalah pendiri utama tradisi empirisme (Calhoun, 2002).
Sumbangan utama dari aliran empirisme adalah lahirnya ilmu pengetahuan modern dan penerapan metode ilmiah untuk membangun pengetahuan. Selain itu, tradisi empirisme adalah fundamen yang mengawali mata rantai evolusi ilmu pengetahuan sosial, terutama dalam konteks perdebatan apakah ilmu pengtahuan sosial itu berbeda dengan ilmu alam. Sejak saat itu, empirisme menempati tempat yang terhormat dalam metodologi ilmu pengetahuan sosial. Acapkali empirisme diparalelkan dengan tradisi positivism. Namun demikian keduanya mewakili pemikiran filsafat ilmu yang berbeda.
Ø  Realisme
Dalam pemikiran filsafat, realisme berpandangan bahwa kenyataan tidaklah terbatas pada pengalaman inderawi ataupun gagasan yang tebangun dari dalam. Dengan demikian realisme dapat dikatakan sebagai bentuk penolakan terhadap gagasan ekstrim idealisme dan empirisme. Dalam membangun ilmu pengetahuan, realisme memberikan teori dengan metode induksi empiris. Gagasan utama dari realisme dalam konteks pemerolehan pengetahuan adalah bahwa pengetahuan didapatkan dari dual hal, yaitu observasi dan pengembangan pemikiran baru dari observasi yang dilakukan. Dalam konteks ini, ilmuwan dapat saja menganalisa kategori fenomena-fenomena yang secara teoritis eksis walaupun tidak dapat diobservasi secara langsung.
Tradisi realisme mengakui bahwa entitas yang bersifat abstrak dapat menjadi nyata (realitas) dengan bantuan symbol-simbol linguistik dan kesadaran manusia. Gagasan ini sejajar dengan filsafat modern dari pendekatan pengetahuan versi Kantianism fenonomologi sampai pendekatan struktural (Ibid, 2002). Mediasi bahasa dan kesadaran manusia yang bersifat nyata inilah yang menjadi ide dasar ‘Emile Durkheim’ dalam pengembangan ilmu pengetahuan sosial. Dalam area linguistik atau ilmu bahasa, de Saussure adalah salah satu tokoh yang terpengaruh mengadopsi pendekatan empirisme Durkheim. Bagi de Saussure, obyek penelitian bahasa yang diteliti diistilahkan sebagai ‘la langue’ yaitu simbol-simbol linguistic yang dapat diobservasi (Francis & Dinnen, 1996)
Ide-ide kaum realis seperti ini sangatlah kontributif pada abad 19 dalam menjembatani antara ilmu alam dan humaniora, terutama dalam konteks perdebatan antara klaim-klaim kebenaran dan metodologi yang disebut sebagai ‘methodenstreit’ (Calhoun, 2002).  Kontribusi lain dari tradisi realisme adalah sumbangannya terhadap filsafat kontemporer ilmu pengetahuan, terutama melalui karya Roy Bashkar, dalam memberikan argument-argument terhadap status ilmu pengetahuan spekulatif yang diklaim oleh tradisi empirisme.
Ø  Idealisme
Idealisme adalah tradisi pemikiran filsafat yang berpandangan bahwa doktrin tentang realitas eksternal tidak dapat dipahami secara terpisah dari kesadaran manusia. Dengan kata lain kategori dan gagasan eksis di dalam ruang kesadaran manusia terlebih dahulu sebelum adanya pengalaman-pengalaman inderawi. Pandangan Plato bahwa semua konsep eksis terpisah dari entitas materinya dapat dikatakan sebagai sumber dari pandangan idealism radikal. Karya dan pandangan Plato memberikan garis demarkasi yang jelas antara pikiran-pikiran idealis dengan pandangan materialis. Aritoteles menjadi orang yang memberikan tantangan pemikiran bagi gagasan-gagasan idealis Plato. Aristoteles mendasarkan pemikiran filsafatnya berdasarkan materi dan fisik.
Salah satu sumbangan dari tradisi filsafat idealisme adalah pengaruh idealism platonic dalam agama kristen. Dalam Perjanjian Baru terdapat gagasan yang diagungkan, yakni “Permulaan adalah kata-kata” (Ibid, 2002). Pada gilirannya, dalam sejarah, pemikiran Kristen turut memberikan andil dalam membentuk tradisi idealis terutama gagasan-gagasan dari Sain Augustine dengan pengembangan konsep penyucian jiwa. Selain Kristen, pemikiran yang turut memberikan saham bagi tradisi idealis adalah mistisisme Yahudi, mistisisme Kristen dan pengembangan pemikiran matematika oleh bangsa-bangsa Arab. Gerakan-gerakan pemikiran inilah yang kemudian membentuk dialektika modern antara idealisme dan materialism sejak era renaisans.
Sumbangan idealism terhadap ilmu pengetahuan modern sangatlah jelas. Ilmu pengetahuan modern diniscayakan oleh kohesi antara bukti-bukti empiris dan formasi teori. Kaum materialis mendasarkan pemikirannya pada bukti-bukti empiris sedangkan kaum idealis pada formasi teori. Sebagai sebuah tradisi filosofi, idealisme tak bisa dipisahkan dengan gerakan Pencerahan dan filsafat Pasca Pencerahan Jerman. Salah satu tokoh pemikir idealis yang tersohor adalah Immanuel Kant. Melalui bukunya “Critique of pure reason” yang diterbitakan tahun 1781, Kant menentang pendapat tradisi tokoh empiris seperti David Hume dan lain-lainnya. Kant mengatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman dunia memerlukan kategori dan pandangan yang berada dalam ruang kesadaran manusia (ibid, 2002). Gagasan Kant yang terkenal adalah ‘idealisme transedental’. Dalam konsep ini Kant berargumen bahwa ide-ide rasional dibentuk tidak saja oleh ‘phenomenal’ tapi juga ‘noumenal’, yakni kesadaran transedental yang berada pada pikiran manusia (ibid, 2002). Generasi idealis berikutnya dipelopori oleh, Georg Hegel. Hegel mengenalkan gagasan pendekatan dialektis yang tidak memihak baik gagasan ‘kesadaran mental’ Kant maupun ‘bukti-bukti material’ dari kaum empiris. Pikiran-pikiran Hegel inilah  yang kemudian melahirkan konsep ‘spirit’-sebuah konsep yang integral dengan kelahiran tradisi ‘idealisme absolut’ (ibid, 2002).
Dengan demikian, pemikiran filsafat idealisme dibangun terutama oleh gagasan-gagasan Hegel dan Kant. Namun demikian, bangunan filsafat politik modern yang berpaham bahwa manusia dapat mengatur dunia melalui ilmu pengetahuan telah membuktikan vitalitas aliran idealisme Kantian. Tokoh-tokoh  yang meletakkan batu pertama bagi fondasi filsafat politik modern antara lain John Rawls yang menulis tentang teori keadilan dan Habermas (1987) yang membuahkan karya ‘Communication action’. Melalui karya ini Habermas menjadi tokoh idealis yang mengoreksi idealisme konvensional. Bagi kaum idealis konvensional, kenyataan sejarah merupakan determinisme sejarah yang statis dan tidak dapat ditolak. Namun bagi Habermas, kenyataan sejarah adalah hasil dari dialektika dan komunikasi antar manusia. Dengan kata lain, Habermas memposisikan manusia menjadi subyek aktif dalam praktek-praktek politik dan dalam membangun institusi-institusi sosial.
Ø  Positivisme
Positivisme adalah doktrin filosofi dan ilmu pengetahuan sosial yang menempatkan peran sentral pengalaman dan bukti empiris sebagai basis dari ilmu pengetahuan dan penelitian. Terminologi positivisme dikenalkan oleh Auguste Comte untuk menolak doktrin nilai subyektif, digantikan oleh fakta yang bisa diamati serta penerapan metode ini untuk membangun ilmu pengetahuan yang diabdikan untuk memperbaiki kehidupan manusia.
Salah satu bagian dari tradisin positivism adalah sebuah konsep yang disebut dengan positivisme logis. Positivisme ini dikembangkan oleh para filosof yang menamakan dirinya ‘Lingkaran Vienna’ (Calhoun, 2002) pada awal abad ke duapuluh. Sebagai salah satu bagian dari positivisme, positivisme logis ingin membangun kepastian ilmu pengetahuan yang disandarkan lebih pada deduksi logis daripada induksi empiris. Kerangka pengembangan ilmu menurut tradisi positivisme telah memunculkan perdebatan tentang apakah ilmu pengetahuan sosial memang harus “diilmiahkan”. Kritik atas positivism berkaitan dengan penggunaan fakta-fakta yang kaku dalam penelitian sosial. Menurut para oponen positivism, penelitian dan pengembangan ilmu atas realitas sosial dan kebudayaan manusia tidak dapat begitu saja direduksi kedalam kuantifikasi angka yang bisa diverikasi karena realitas sosial sejatinya menyodorkan nilai-nilai yang bersifat kualitatif (Calhoun, 2002). Menjawab kritik ini, kaum positivis mengatakan bahwa metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian sosial tidak menemukan ketepatan karena sulitnya untuk di verifikasi secara empiris.
Tokoh-tokoh yang paling berpengaruh dalam mengembangkan tradisi positivisme adalah Thomas Kuhn, Paul K. Fyerabend, W.V.O. Quine, and filosof lainnya. Pikiran-pikiran para tokoh ini membuka jalan bagi penggunaan berbagai metodologi dalam membangun pengetahuan dari mulai studi etnografi sampai penggunaan analisa statistik.
Ø  Pragmatisme
Pragmatisme adalah mashab pemikiran filsafat ilmu yang dipelopori oleh C.S Peirce, William James, John Dewey, George Herbert Mead, F.C.S Schiller dan Richard Rorty. Tradisi pragmatism muncul atas reaksi terhadap tradisi idealis yang dominan yang menganggap kebenaran sebagai entitas yang abstrak, sistematis dan refleksi dari realitas. Pragmatisme berargumentasi bahwa filsafat ilmu haruslah meninggalkan ilmu pengetahuan transendental dan menggantinya dengan aktifitas manusia sebagai sumber pengetahuan. Bagi para penganut mashab pragmatisme, ilmu pengetahuan dan kebenaran adalah sebuah perjalanan dan bukan merupakan tujuan.
Pada awalnya pragmatisme dengan tokoh-tokohnya mengambil jalan berpikir yang berbeda antara satu dengan lainnya. Peirce (dalam Calhoun, 2002), misalnya, lebih tertarik dalam meletakkan praktek dalam bentuk klarifikasi gagasan-gagasan. Peirce adalah tokoh yang menggagas konsep bahasa sebagai media dalam relasi instrumental antara manusia dengan benda. Gagasan ini kemudian disebut sebagai semiotik. James, tokoh yang mempopulerkan pragmatism, lebih tertarik dalam menghubungkan antara konsepsi kebenaran dengan area pengalaman manusia yang lain seperti; kepercayaan dan nilai-nilai kemasyarakatan. Tokoh selanjutnya, Dewey, menjadikan pragmatisme sebagai basis dari praktek-praktek berpikir secara kritis. Pendekatan Dewey (1916) yang pragmatis dalam pendidikan, misalnya, menitikberatkan pada penguasaan proses berpikir kritis daripada metode hafalan materi pelajaran.
Sumbangan dari pragmatisme yang lain adalah dalam praktek demokrasi. Dalam area ini pragmatisme memfokuskan pada kekuatan individu untuk meraih solusi kreatif terhadap masalah yang dihadapi.



Sabtu, 31 Desember 2016

Alasan Terlarangnya Mengucapkan Selamat Natal bagi Muslim



Mungkin tidak lama lagi, akan terdengar, akan terpampang tulisan yang dibaca “Merry Christmas”, atau yang artinya Selamat Hari Natal. Dan biasanya, momen ini disandingkan dengan ucapan Selamat Tahun
https://muslim.or.id/wp-content/uploads/2010/12/ucapan-selamat.jpg
Mungkin tidak lama lagi, akan terdengar, akan terpampang tulisan yang dibaca “Merry Christmas”, atau yang artinya Selamat Hari Natal. Dan biasanya, momen ini disandingkan dengan ucapan Selamat Tahun Baru.
Sebagian orang menganggap ucapan semacam itu tidaklah bermasalah, apalagi yang yang berpendapat demikian adalah mereka orang-orang kafir. Namun hal ini menjadi masalah yang besar, ketika seorang muslim mengucapakan ucapan selamat terhadap perayaan orang-orang kafir.
Dan ada juga sebagian di antara kaum muslimin, berpendapat nyeleneh sebagaimana pendapatnya orang-orang kafir. Dengan alasan toleransi dalam beragama!? Toleransi beragama bukanlah seperti kesabaran yang tidak ada batasnya. Namun toleransi beragama dijunjung tinggi oleh syari’at, asal di dalamnya tidak terdapat penyelisihan syari’at. Bentuk toleransi bisa juga bentuknya adalah membiarkan saja mereka berhari raya tanpa turut serta dalam acara mereka, termasuk tidak perlu ada ucapan selamat.
Islam mengajarkan kemuliaan dan akhlak-akhlak terpuji. Tidak hanya perlakuan baik terhadap sesama muslim, namun juga kepada orang kafir. Bahkan seorang muslim dianjurkan berbuat baik kepada orang-orang kafir, selama orang-orang kafir tidak memerangi kaum muslimin.
Allah Ta’ala berfirman,
لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah: 8)
Namun hal ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk menggeneralisir sikap baik yang harus dilakukan oleh seorang muslim kepada orang-orang kafir. Sebagian orang menganggap bahwa mengucapkan ucapan selamat hari natal adalah suatu bentuk perbuatan baik kepada orang-orang nashrani. Namun patut dibedakan antara berbuat baik (ihsan) kepada orang kafir dengan bersikap loyal (wala) kepada orang kafir.
Alasan Terlarangnya Ucapan Selamat Natal
1- Bukanlah perayaan kaum muslimin
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa perayaan bagi kaum muslimin hanya ada 2, yaitu hari ‘Idul fitri dan hari ‘Idul Adha.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata : “Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa jahiliyah. Maka beliau berkata : Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya kurban (‘Idul Adha) dan hari raya ‘Idul Fitri” (HR. Ahmad, shahih).
Sebagai muslim yang ta’at, cukuplah petunjuk Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjadi sebaik-baik petunjuk.
2- Menyetujui kekufuran orang-orang yang merayakan natal
Ketika ketika mengucapkan selamat atas sesuatu, pada hakekatnya kita memberikan suatu ucapan penghargaan. Misalnya ucapan selamat kepada teman yang telah lulus dari kuliahnya saat di wisuda.
Nah,begitu juga dengan seorang yang muslim mengucapkan selamat natal kepada seorang nashrani. Seakan-akan orang yang mengucapkannya, menyematkan kalimat setuju akan kekufuran mereka. Karena mereka menganggap bahwa hari natal adalah hari kelahiran tuhan mereka, yaitu Nabi ‘Isa ‘alaihish shalatu wa sallam. Dan mereka menganggap bahwa Nabi ‘Isa adalah tuhan mereka. Bukankah hal ini adalah kekufuran yang sangat jelas dan nyata?
Padahal Allah Ta’ala telah berfirman,
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Bagimu agamamu, bagiku agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 6).
3- Merupakan sikap loyal (wala) yang keliru
Loyal (wala) tidaklah sama dengan berbuat baik (ihsan). Wala memiliki arti loyal, menolong, atau memuliakan orang kita cintai, sehingga apabila kita wala terhadap seseorang, akan tumbuh rasa cinta kepada orang tersebut. Oleh karena itu, para kekasih Allah juga disebut dengan wali-wali Allah.
Ketika kita mengucapkan selamat natal, hal itu dapat menumbuhkan rasa cinta kita perlahan-lahan kepada mereka. Mungkin sebagian kita mengingkari, yang diucapkan hanya sekedar di lisan saja. Padahal seorang muslim diperintahkan untuk mengingkari sesembahan-sesembahan oarang kafir.
Allah Ta’ala berfirman,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَاء مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاء أَبَداً حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (Qs. Al Mumtahanah: 4)
4- Nabi melarang mendahului ucapan salam
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ
Janganlah kalian mendahului Yahudi dan Nashara dalam salam (ucapan selamat).” (HR. Muslim no. 2167). Ucapan selamat natal termasuk di dalam larangan hadits ini.
5- Menyerupai orang kafir
Tidak samar lagi, bahwa sebagian kaum muslimin turut berpartisipasi dalam perayaan natal. Lihat saja ketika di pasar-pasar, di jalan-jalan, dan pusat perbelanjaan. Sebagian dari kaum muslimin ada yang berpakaian dengan pakaian khas perayaan natal. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kaum  muslimin untuk menyerupai kaum kafir.
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Pembicaraan Kelahiran Isa dalam Al Qur’an
Bacalah kutipan ayat di bawah ini. Allah Ta’ala berfirman,
فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا (22) فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا (23) فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا (24) وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا (25)
Maka Maryam mengandungnya, lalu ia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: ‘Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan.’ Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (QS. Maryam: 22-25)
Kutipan ayat di atas menunjukkan bahwa Maryam mengandung Nabi ‘Isa ‘alahis salam pada saat kurma sedang berbuah. Dan musim saat kurma berbuah adalah musim panas. Jadi selama ini natal yang diidetikkan dengan musim dingin (winter), adalah suatu hal yang keliru.