Filsafat Secara Umum
Secara etimologi, istilah filsafat berasal
dari bahasa Yunani yaitu Philosophia yang
terbentuk dari dua akar kata philo dan Sophia.Philo berarti cinta atau keinginan dan karenanya berusaha untuk mencapai
yang diinginkan itu.
Sedangkan sophia berarti
kebijakan (hikmah) atau kepandaian.Jadi filsafat adalah keinginan
yang mendalam untuk mencapai kepandaian, cinta pada kebijakan.
Secara terminology filsafat sangat beragam, baik dalam
ungkapan maupun titik tekannya. Poedjawijanta mendefinisikan filsafat sebagai
jenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan pikiran-pikiran belaka.
Plato mendefinisikan
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli (hakiki)
dan murni., dan kata Aristoteles filsafat adalah ilmu peengetahuan yang
senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyeban dari realita
yang ada.
Secara umum filsafat
berarti upaya manusia untuk memahami sesuatu secara sistimatis, radikal dan
kritis. Filsafat disini bukanlah suatu produk, melainkan proses, proses yang
nantinya akan menentukan sesuatu itu dapat diterima atau tidak. Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah suatu studi atau cara berfikir
yang dilakukan secara reflektif atau mendalam untuk menyelidiki
fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan dengan menggunakan alasan yang
diperoleh dari pemikiran kritis yang penuh dengan kehati-hatian. Filsafat
didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen, tetapi dengan
menggunakan pemikiran yang mendalam untuk menggungkapkan masalah secara persis,
mencari solusi dengan memberi argumen dan alasan yang tepat.
Pemahaman yang
mendorong timbulnya filsafat pada seseorang karena adanya sikap heran
atau takjub yang melahirkan suatu pertanyaan. Pertanyaan itu memerlukan jawaban
dan untuk mencari jawaban tersebut perlu adanya pemikiran-pemikiran yang
mendalam untuk menemukan kebenarannya. Sehingga melahirkan keseriusan untuk
melakukan penyelidikan secara sistimatis. Jadi dengan berfilsafat maka
keinginan untuk mengetahui fenomena-fenomena dapat dimengerti dengan lebih
mudah.
Filsafat Menurut para Ahli
1.
Harold H. Titus
: Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yg
biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau
pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yg dijunjung tinggi.
2.
Hasbullah Bakry:
Ilmu Filsafat adalah ilmu yg menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai
pengetahuan itu.
3.
Prof.
Dr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui
kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
4.
Prof. Dr.
Ismaun, M.Pd: Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal
dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis,
fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan
kebenaran yg hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yg sejati.
5.
Bertrand Russel:
Filsafat adalah sesuatu yg berada di tengah-tengah antara teologi dan sains.
Sebagaimana teologi, filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai
masalah-masalah yg pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh,
tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian
akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
6.
Pudjo Sumedi
AS., Drs.,M.Ed. & Mustakim, S.Pd.,MM: Istilah dari filsafat berasal bahasa
Yunani: ”philosophia”. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam
berbagai bahasa, seperti: ”philosophic” dalam kebudayaan bangsa Jerman,
Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa Inggris; “philosophia” dalam
bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.
7.
Plato: Filsafat
adalah pengetahuan yg berminat mencapai pengetahuan kebenaran yg asli.
8.
Aristoteles:
Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yg meliputi kebenaran yg terkandung
didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan
estetika.
9.
Al Farabi:
Filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yg
sebenarnya.
10. Cicero: Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni
“( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars
vitae (seni kehidupan ).
Dilihat dari
riwayat hidupnya, Immanuel Kant adalah seseorang
yang sederhana. Selama hidupnya Kant menetap di Prusia dan
mengalami masa peperangan tujuh tahun sewaktu Rusia menaklukkan Prusia
Timur. Ia juga hidupdalam masa revolusi Perancis dan masa kejayaan
Napoleon.
Selama
hidupnya jarang sekali ia bepergian lebih dari 70 km dari tempat
tinggalnya. Immanuel Kant dilahirkan di Koenigsberg, suatu kota di Prusia
Timur, Jerman pada tanggal 22 April 1724, dari keluarga pembuat dan penjual
alat-alat dari kulit untuk keperluan menunggang kuda. Semula namanya
ditulis dengan Cant, tetapi karena adanya perubahan ejaan yang menentukan bahwa
huruf C juga dibaca seperti S, maka untuk tidak membuat meragukan orang
yangmengenalnya, nama itu ditulis seperti yang dikenal orang sekarang.
Perubahan itu telah terjadi pada zaman neneknya. Perhatian bagi hal-hal kecil
semacam itu antara lain yang mempengaruhi sikap hidup Kant yang serba teliti lebih-lebih
dalam hal pembagian waktu, sampai ia terkenal sebagai seorang profesor yang
bekerja menurut waktu yang telah ditentukannya.
Kehidupannya
sebagai filsuf di bagi dalam dua periode: zaman pra-kritis dan zaman kritis.
Pada zaman pra-kritis ia menganut pendirian rasionalis yangdilancarkan
oleh Wolft. Tetapi karena terpengaruh oleh Hume berangsur-angsur
Kant meninggalkan rasionalisme. Ia sendiri mengatakan bahwa
Hume itulah yang membangunkannya dari tidur dogmatisnya. Pada zaman kritisnya,
kant merubah wajah filsafatnya secara radikal. Ia menanamkan filsafatnya
sekaligus mempertanggungkannya dengan dogmatisme.
Tiga Pokok
Pemikiran Immanuel Kant
Immanuel Kant seorang filsuf
termasyhur dari Jerman memiliki tiga pokok pemikiran yang harus diketahui
terlebih dahulu, dikarenakan pemikirannya begitu original dan terlihat berbeda
dari pemikiran para filsuf sebelumnya terutama berangkat dari filsuf Inggris
bernama David Hume. Berikut ini pokok pemikirnnya:
- Panca indera, akal budi dan rasio. Kita
sudah tahu tentang arti empirisme yang mementingkan pengalaman inderawi
dalam memperoleh pengetahuan dan rasionalisme yang mengedepankan
penggunaan rasio dalam memperoleh pengetahuan, tetapi rasio yang kita
ketahui adalah sama dengan akal dan logis, namun Kant memberi definisi
berbeda. Pada Kant istilah rasio memiliki arti yang baru, bukan lagi
sebagai langsung kepada pemikiran, tetapi sebagai sesuatu yang ada “di
belakang” akal budidan pengalaman inderawi. Dari sini dapat
dipilah bahwa ada tiga unsur yaitu akal budi (Verstand), rasio
(Vernunft) dan pengalaman inderawi.
- Dalam filsafatnya Kant mencoba untuk
mensinergikan antara rasionalisme dan empirisme. Ia bertujuan untuk
membuktikan bahwa sumber pengetahuan itu diperoleh tidak hanya dari satu
unsur saja melainkan dari dua unsur yaitu pengalaman inderawi dan akal
budi. Pengetahuan a-priori merupakan jenis pengetahuan yang datang lebih
dulu sebelum dialami, seperti misalnya pengetahuan akan bahaya, sedankan
a-posteriori sebaliknya yaitu dialami dulu baru mengerti misalnya dalam
menyelesaikan Rubix Cube. Kalau salah satunya saja yang dipakai misalnya
hanya empirisme saja atau rasionalisme saja maka pengetahuan yang
diperoleh tidaklah sempurna bahkan bisa berlawanan. Filsafat Kant
menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan gabungan (sintesis) antara
keduanya.
- Dari sini timbullah bahwa Kant adalah seorang
Kopernikan dalam bidang filsafat. Sebelum
Kant, filsafat hampir selalu memandang bahwa orang (subjek) yang mengamati
objek, tertuju pada objek, penelitian objek dan sebagainya. Kant
memberikan arah yang sama sekali baru, merupakan kebalikan dari filsafat
sebelumnya yaitu bahwa objeklah yang harus mengarahkan diri kepada subjek.
Kant dapat dikatakan sebagai seorang revolusioner karena dalam ranah
Filsafat Immanuel Kant pengetahuan ia tidak memulai pengetahuan dari
objek yang ada tetapi dari yang lebih dekat terlebih dahulu yaitu si
pengamat objek (subjek). Dengan ini tambah lagi salah satu fungsi filsafat
yaitu membongkar pemikiran yang sudah dianggap mapan dan
merekonstruksikannya kembali menjadi satu yang fresh, logis, dan
berpengaruh.
Pemikiran Kritisisme Immanuel Kant Filsafat
yang dikenal dengan kritisisme adalah filsafat yang diintrodusir oleh Immanuel
kant. Kritisisme adalah filsafat yang memulai perjalanannya dengan terlebih
dahulu menyelidiki kemampuan dan batas-batas rasio. Perkembangan ilmu Immanuel
Kant mencoba untuk menjebatani pandangan Rasionalisme dan Empirisisme, teori
dalam aliran filsafat Kritisisme adalah sebuah teori pengetahuan yang berusaha
untuk mempersatukan kedua macam unsur dari filsafat Rasionalisme dan disini
kekuatan kritis filsafat sangatlah penting, karena ia bisa menghindari
kemungkinan ilmu pengetahuan menjadi sebuah dogma. Filsafat ini memulai
pelajarannya dengan menyelidiki batas-batas kemampuan rasio sebagai sumber
pengetahuan manusia. Oleh karena itu, kritisisme sangat berbeda dengan corak
filsafat modern sebelumnya yang mempercayai kemampuan rasio secara mutlak. Isi
utama dari kritisisme adalah gagasan Immanuel Kant tentang teori
pengetahuan, etika dan estetika
Pemikiran
Immanuel Kant
1.Apa yang dapat kita ketahui?
1. Manusia diberi akal dan
fikiran agar kita dapat berfikir dan memutuskan masalah. Karena memiliki akal
dan fikiran, manusia selalu ingin tahu tentang segala sesuatunya. Manusia
memiliki sifat ingin tahu yang sangat tinggi. Itu merupakan sifat dasar yang
dimiliki manusia. Segala sesuatu yang ada dapat kita ketahui. Kecuali dua hal
yang tidak dapat kita ketahui yaitu hati manusia dan takdir yang telah Tuhan
tentukan. Pada zaman modern seperti sekarang ini, apapun dapat kita cari dari
internet. Takdir yang telah Tuhan tentukan tidak dapat kita cari tahu. Takdir
tersebut sudah ditulis jauh-jauh hari sebelum kita terlahir di dunia ini.
Sedangkan hati manusia, tidakada seorang pun yang mengetahuinya. Sekalipun
seseorang terlihat bahagia diluar, tapi hatinya tidak ada yang mengetahui apa
ia sedang bahagia atau tidak. Takdir/rahasia Tuhan yaitu kematian, jodoh, dan
rezeki tidak aka nada seorangpun yang mengetahuinya termasuk peramal-peramal
hebat sekalipun. Yang kita harus lakukan adalah berdoa, ikhtiar, tawakal dan
terus melakukan yang terbaik.
2. Isi hati manusia tidak
akan ada yang mengetahuinya. Ketika ia berkata jujur, apakah kita tahu dia
berkata jujur? Apakah kita tahu dia sedang berbohong? Meskipun pada zaman yang
modern ini manusia telah mencoba untuk menciptakan alat untuk menguji kejujuran
seseorang, namun alat tersebut hanya benda mati, tetap saja kita akan meragukan
kebenaran tersebut. Diri kita sendiri pun terkadang meragukan apa yang ada
dalam hati kita. Terkadang kita merasa bingung ketika hati kita berkata sesuatu
yang menurutnya baik, namun hati kecil kita menolaknya. Seperti yang biasanya
kita bilang bahwa hati manusia tidak ada yang mengetahuinya kecuali dirinya
sendiri dan Tuhan-nya. Pernyataan itu memang benar. Orang tua kita pun yang
memiliki darah yang sama dengan kita, dia tidak akan mengetahui apa yang ada di
dalam hati anaknya.
3. Setiap manusia pasti
memiliki rasa inghin tahu yang tinggi. Ia dapat mengeksplor atau mencari tahu
sendiri apa yang dia inginkan, kecuali hati dan takdir
tersebut. Tuhan telah menyarankan kita untuk terus mengeksplorasi
segala sesuatu yang ada di bumi ini, asalakan jangan merusaknya.
2. Apakah
yang boleh kita lakukan?
Segala sesuatu yang ada di
dunia ini merupakan berkah yang telah diberikan Tuhan yang tiada habisnya. Kita
dapat melakukan apapun yang kita inginkan selagi itu positif. Semua manusia
pasti ingin melakukan apapun tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Tindakan manusia yang tidak memperhatikan lingkungannya ini sangat merugikan
manusia yang lainnya. Sekalipun kita boleh melakukan apapun semau kita namun
kita harus tetap memperhatikan aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku di
lingkungan kita, terutama norma agama. Selain itu, aturan yang harus kita taati
sesama manusia adalah yang berkaitan dengan HAM (Hak Asasi Manusia). HAM
merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan YME yang wajib dilindungi oleh
setiap manusia guna melindungi harkat dan martabat manusia. Sejak lahir,
manusia telah memiliki hak asasi yang wajib di junjung tinggi dan di hormati
oleh semua orang. Contoh pelanggaran HAM antara lain : penindasan, membatasi
dalam memberi pendapat, hukum diperlakukan secara tidak adil, dan sebagainya. Dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara kita boleh melakukan apapun yang kita
inginkan asalkan tidak melanggar aturan-aturan tersebut. Kita diberikan
kebebasan dalam menentukan pilihan, diberi kebebasan dalam menyampaikan
pendapat dan sebagainya.
3.Sampai di manakah pengharapan kita?
Jika saya, secara pribadi, mendefinisikan
Doa sebagai keinginan mendapatkan atau memperoleh atau “proses sejenisnya” akan
sesuatu yang ditujukan kepada sesuatu, maka terjadi perbedaan antara Harapan
dan Doa. Ini tentunya menurut definisi diatas. Harapan adalah insting manusia
alamiah manusia. Dengan demikian ia hadir atas nama manusia dan bisa jadi
seluruh manusia mempunyai harapan harapan. Sedangkan doa itu unik. Doa itu
sesuai definisi diatas musti di tujukan kepada sesuatu. Dengan demikian Doa
haruslah kepada sesuatu: Entah itu Alam, Tuhan, Roh dan sebagainya. Doa itu
mustilah Harapan tetapi Harapan belum tentu Doa.
Sedangkan menurut pandangan saya sendiri,
tidak ada perbedaan nyata antara Harapan dan Doa secara psikologis. Hanya saja
kalau secara definisi mungkin akan berbeda. Doa secara singkat yang ditujukan
kepada entitas tertentu adalah sebuah hasrat akan ketakmampuan kita dalam
mencapai keinginan sehingga melepaskan atau menharapkan keinginan tersebut
dipenuhi oleh sesuatu yang lain yang diyakini mampu. Entah apapun entitas itu:
Alam, Tuhan, Imaginasi kita sendiri, bahkan dirikita sendiri yang tidak kita
sadari bisa menjadi objek tujuan Doa. Harapan sendiri yang manusiawi mendorong
adanya kegiatan Doa semacam ini alias mengharap kepada entitas diluar diri
sendiri yang memiliki harapan (contoh: harapan diri sendiri yang disadari ke
diri sendiri yang tak disadari). Dengan demikian yang mengklaim Beragama, Yang
mengklaim Tak beragama, yang Mengklaim dirinya Bertuhan dan Tak bertuhan, tetap
memiliki Harapan atau bahkan Doa.
Yang perlu diberi catatan disini adalah,
karena emosionalitas kita juga dipengaruhi oleh bentukan atau hasil dari proses
“komunikasi” sadar dan tak sadar dengan lingkungan tempat kita (ingat hanya
salah satu lho), maka emosionalitas harapan akan berbeda-beda dimasing masing
pribadi. Tergantung dari Pengalaman hidupnya.
Apakah mungkin seseorang tidak memiliki
harapan? Sejauh dia hidup saya yakin dia masih memiliki sebuah keinginan atau
harapan. Makan minum dan hidup itu sendiri merupakan sebuah harapan sadar dan
kadang tak sadar dari diri kita.
4.
Apakah manusia itu?
Manusia
merupakan mahluk yang unik yang menjadi salah satu kajian filsafat, bahkan
dengan mengkaji manusia yang merupakan mikro kosmos. Dalam filsafat pembagian
dalam melihat sesuatu materi yang terbagi menjadi dua macam esensi dan
eksistensi. Begitu pula manusia dilihat sebagai materi yang memiliki dua macam
bagian esensi dan eksistensi. Manusia dalam hadir dalam dunia merupakan bagian
yang berada dalam diri manusia esensi dan eksistensi. Esensi dan eksistensi
manusia ini yang menjadikan manusia ada dalam muka bumi. Esensi dan eksistensi
bersifat berjalan secara bersamaan dan dalam perjalananya dalam diri manusia
ada yang mendahulukan esensi dan juga eksistensi. Manusia yang menjalankan
esensi menjadikan ia bersifat tidak bergerak dan menunjau lebih dalam saja
tanpa melakukan aktualisasi. Begitu pula manusia yang menjalankan eksistensi
tanpa melihat esensi maka yang terjadi ia hanya ada tetapi tidak dapat mengada.
Seperti yang telah dikekmukakan oleh ‘Ali Syariati bahwa esensi manusia
merupakan dialektika antara ruh Tuhan dengan lempung dari dialektika tersebut
menjadikan manusia ada dalam mengada. Proses mengadanya manusia merupakan
refleksi kritis terhadap manusia dan realitas sekitar. Sebagaimana perkataan
bijak yang dilontarkan oleh socrates bahwa hidup yang tak direfleksikan tak
pantas untuk dijalanani. Refleksi tersebut menjadikan manusia dapat memahami diri
sendiri, realitas alam dan Tuhan. Manusia yang memahami tentang dirinya sendiri
ma ia akan memahami Penciptanya. Proses pemahaman diri dengan pencipta
menjadikan manusia berproses menuju kesempurnaan yang berada dalam diri
manusia. Proses pemahaman diri dengan refleksi kristis diri, agama dan
realitas, hal tersebut menjadikan diri manusia menjadi insan kamil atau manusia
sempurna.
Studi Empiris dan
Aliran-aliran Filsafat Ilmu
Ø
Rasionalisme
Rasionalisme adalah
mashab filsafat ilmu yang berpandangan bahwa rasio adalah sumber dari
segala pengetahuan. Dengan demikian, kriteria kebenaran berbasis
pada intelektualitas. Strategi pengembangan ilmu model rasionalisme,
dengan demikian, adalah mengeksplorasi gagasan dengan kemampuan intelektual manusia.
Sejak abad
pencerahan, rasionalisme diasosiasikan dengan pengenalan metode matematika
(Rasionalisme continental). Tokoh-tokoh rasionalisme diantaranya adalah
Descartes, Leibniz dan Spinoza.
Benih rasionalisme
sebenarnya sudah ditanam sejak jaman Yunani kuno. Salah satu tokohnya,
Socrates, mengajukan sebuah proposisi yang terkenal bahwa sebelum manusia
memahami dunia ia harus memahami dirinya sendiri. Kunci untuk memahami dirinya
itu adalah kekuatan rasio. Para pemikir rasionalisme berpandangan bahwa tugas
dari para filosof diantaranya adalah membuang pikiran irasional dengan
rasional. Pandangan ini misalnya disokong oleh Descartes yang menyatakan bahwa
pengetahuan sejati hanya didapat dengan menggunakan rasio. Tokoh lain, Baruch
Spinoza secara lebih berani bahkan mengatakan : “God exists only
philosophically” (Calhoun, 2002).
Sumbangan
rasionalisme tampak nyata dalam membangun ilmu pengetahuan modern yang
didasarkan pada kekuatan pikiran atau rasio manusia. Hasil-hasil teknologi era
industri dan era informasi tidak dapat dilepaskan dari andil rasionalisme untuk
mendorong manusia menggunakan akal pikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
untuk kesejahteraan manusia.
Ø
Empirisme
Empirisme adalah sebuah orientasi filsafat yang berhubungan dengan
kemunculan ilmu pengetahuan modern dan metode ilmiah. Empirisme menekankan
bahwa ilmu pengetahuan manusia bersifat terbatas pada apa yang dapat diamati
dan diuji. Oleh karena itu, aliran empirisme memiliki sifat kritis terhadap
abstraksi dan spekulasi dalam membangun dan memperoleh ilmu. Strategi utama
pemerolehan ilmu, dengan demikian, dilakukan dengan penerapan metode ilmiah.
Para ilmuwan berkebangsaan Inggris seperti John Locke, George Berkeley dan
David Hume adalah pendiri utama tradisi empirisme (Calhoun, 2002).
Sumbangan
utama dari aliran empirisme adalah lahirnya ilmu pengetahuan modern dan
penerapan metode ilmiah untuk membangun pengetahuan. Selain itu, tradisi
empirisme adalah fundamen yang mengawali mata rantai evolusi ilmu pengetahuan
sosial, terutama dalam konteks perdebatan apakah ilmu pengtahuan sosial itu
berbeda dengan ilmu alam. Sejak saat itu, empirisme menempati tempat yang
terhormat dalam metodologi ilmu pengetahuan sosial. Acapkali empirisme
diparalelkan dengan tradisi positivism. Namun demikian keduanya mewakili
pemikiran filsafat ilmu yang berbeda.
Ø
Realisme
Dalam
pemikiran filsafat, realisme berpandangan bahwa kenyataan tidaklah terbatas
pada pengalaman inderawi ataupun gagasan yang tebangun dari dalam. Dengan
demikian realisme dapat dikatakan sebagai bentuk penolakan terhadap gagasan
ekstrim idealisme dan empirisme. Dalam membangun ilmu pengetahuan, realisme
memberikan teori dengan metode induksi empiris. Gagasan utama dari realisme
dalam konteks pemerolehan pengetahuan adalah bahwa pengetahuan didapatkan dari
dual hal, yaitu observasi dan pengembangan pemikiran baru dari observasi yang
dilakukan. Dalam konteks ini, ilmuwan dapat saja menganalisa kategori
fenomena-fenomena yang secara teoritis eksis walaupun tidak dapat diobservasi
secara langsung.
Tradisi
realisme mengakui bahwa entitas yang bersifat abstrak dapat menjadi nyata
(realitas) dengan bantuan symbol-simbol linguistik dan kesadaran manusia.
Gagasan ini sejajar dengan filsafat modern dari pendekatan pengetahuan versi
Kantianism fenonomologi sampai pendekatan struktural (Ibid, 2002). Mediasi
bahasa dan kesadaran manusia yang bersifat nyata inilah yang menjadi ide dasar
‘Emile Durkheim’ dalam pengembangan ilmu pengetahuan sosial. Dalam area
linguistik atau ilmu bahasa, de Saussure adalah salah satu tokoh yang
terpengaruh mengadopsi pendekatan empirisme Durkheim. Bagi de Saussure, obyek
penelitian bahasa yang diteliti diistilahkan sebagai ‘la langue’ yaitu
simbol-simbol linguistic yang dapat diobservasi (Francis & Dinnen, 1996)
Ide-ide
kaum realis seperti ini sangatlah kontributif pada abad 19 dalam menjembatani
antara ilmu alam dan humaniora, terutama dalam konteks perdebatan antara
klaim-klaim kebenaran dan metodologi yang disebut sebagai ‘methodenstreit’
(Calhoun, 2002). Kontribusi lain dari tradisi realisme adalah
sumbangannya terhadap filsafat kontemporer ilmu pengetahuan, terutama melalui
karya Roy Bashkar, dalam memberikan argument-argument terhadap status ilmu
pengetahuan spekulatif yang diklaim oleh tradisi empirisme.
Ø
Idealisme
Idealisme adalah tradisi pemikiran filsafat yang berpandangan bahwa
doktrin tentang realitas eksternal tidak dapat dipahami secara terpisah dari
kesadaran manusia. Dengan kata lain kategori dan gagasan eksis di dalam ruang
kesadaran manusia terlebih dahulu sebelum adanya pengalaman-pengalaman
inderawi. Pandangan Plato bahwa semua konsep eksis terpisah dari entitas
materinya dapat dikatakan sebagai sumber dari pandangan idealism radikal. Karya
dan pandangan Plato memberikan garis demarkasi yang jelas antara pikiran-pikiran
idealis dengan pandangan materialis. Aritoteles menjadi orang yang memberikan
tantangan pemikiran bagi gagasan-gagasan idealis Plato. Aristoteles mendasarkan
pemikiran filsafatnya berdasarkan materi dan fisik.
Salah
satu sumbangan dari tradisi filsafat idealisme adalah pengaruh idealism
platonic dalam agama kristen. Dalam Perjanjian Baru terdapat gagasan yang
diagungkan, yakni “Permulaan adalah kata-kata” (Ibid, 2002). Pada gilirannya,
dalam sejarah, pemikiran Kristen turut memberikan andil dalam membentuk tradisi
idealis terutama gagasan-gagasan dari Sain Augustine dengan pengembangan konsep
penyucian jiwa. Selain Kristen, pemikiran yang turut memberikan saham bagi
tradisi idealis adalah mistisisme Yahudi, mistisisme Kristen dan pengembangan
pemikiran matematika oleh bangsa-bangsa Arab. Gerakan-gerakan pemikiran inilah
yang kemudian membentuk dialektika modern antara idealisme dan materialism
sejak era renaisans.
Sumbangan
idealism terhadap ilmu pengetahuan modern sangatlah jelas. Ilmu pengetahuan
modern diniscayakan oleh kohesi antara bukti-bukti empiris dan formasi teori.
Kaum materialis mendasarkan pemikirannya pada bukti-bukti empiris sedangkan
kaum idealis pada formasi teori. Sebagai sebuah tradisi filosofi, idealisme tak
bisa dipisahkan dengan gerakan Pencerahan dan filsafat Pasca Pencerahan Jerman.
Salah satu tokoh pemikir idealis yang tersohor adalah Immanuel Kant. Melalui
bukunya “Critique of pure reason” yang diterbitakan tahun 1781, Kant menentang
pendapat tradisi tokoh empiris seperti David Hume dan lain-lainnya. Kant
mengatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman dunia memerlukan kategori dan
pandangan yang berada dalam ruang kesadaran manusia (ibid, 2002). Gagasan Kant
yang terkenal adalah ‘idealisme transedental’. Dalam konsep ini Kant berargumen
bahwa ide-ide rasional dibentuk tidak saja oleh ‘phenomenal’ tapi juga
‘noumenal’, yakni kesadaran transedental yang berada pada pikiran manusia
(ibid, 2002). Generasi idealis berikutnya dipelopori oleh, Georg Hegel. Hegel
mengenalkan gagasan pendekatan dialektis yang tidak memihak baik gagasan
‘kesadaran mental’ Kant maupun ‘bukti-bukti material’ dari kaum empiris.
Pikiran-pikiran Hegel inilah yang kemudian melahirkan konsep
‘spirit’-sebuah konsep yang integral dengan kelahiran tradisi ‘idealisme absolut’
(ibid, 2002).
Dengan
demikian, pemikiran filsafat idealisme dibangun terutama oleh gagasan-gagasan
Hegel dan Kant. Namun demikian, bangunan filsafat politik modern yang berpaham
bahwa manusia dapat mengatur dunia melalui ilmu pengetahuan telah membuktikan vitalitas
aliran idealisme Kantian. Tokoh-tokoh yang meletakkan batu pertama bagi
fondasi filsafat politik modern antara lain John Rawls yang menulis tentang
teori keadilan dan Habermas (1987) yang membuahkan karya ‘Communication
action’. Melalui karya ini Habermas menjadi tokoh idealis yang mengoreksi
idealisme konvensional. Bagi kaum idealis konvensional, kenyataan sejarah
merupakan determinisme sejarah yang statis dan tidak dapat ditolak. Namun bagi
Habermas, kenyataan sejarah adalah hasil dari dialektika dan komunikasi antar
manusia. Dengan kata lain, Habermas memposisikan manusia menjadi subyek aktif
dalam praktek-praktek politik dan dalam membangun institusi-institusi sosial.
Ø
Positivisme
Positivisme adalah doktrin filosofi dan ilmu pengetahuan sosial yang
menempatkan peran sentral pengalaman dan bukti empiris sebagai basis dari ilmu
pengetahuan dan penelitian. Terminologi positivisme dikenalkan oleh Auguste
Comte untuk menolak doktrin nilai subyektif, digantikan oleh fakta yang bisa
diamati serta penerapan metode ini untuk membangun ilmu pengetahuan yang
diabdikan untuk memperbaiki kehidupan manusia.
Salah
satu bagian dari tradisin positivism adalah sebuah konsep yang disebut dengan
positivisme logis. Positivisme ini dikembangkan oleh para filosof yang menamakan
dirinya ‘Lingkaran Vienna’ (Calhoun, 2002) pada awal abad ke duapuluh. Sebagai
salah satu bagian dari positivisme, positivisme logis ingin membangun kepastian
ilmu pengetahuan yang disandarkan lebih pada deduksi logis daripada induksi
empiris. Kerangka pengembangan ilmu menurut tradisi positivisme telah
memunculkan perdebatan tentang apakah ilmu pengetahuan sosial memang harus
“diilmiahkan”. Kritik atas positivism berkaitan dengan penggunaan fakta-fakta
yang kaku dalam penelitian sosial. Menurut para oponen positivism, penelitian
dan pengembangan ilmu atas realitas sosial dan kebudayaan manusia tidak dapat
begitu saja direduksi kedalam kuantifikasi angka yang bisa diverikasi karena
realitas sosial sejatinya menyodorkan nilai-nilai yang bersifat kualitatif
(Calhoun, 2002). Menjawab kritik ini, kaum positivis mengatakan bahwa metode
kualitatif yang digunakan dalam penelitian sosial tidak menemukan ketepatan
karena sulitnya untuk di verifikasi secara empiris.
Tokoh-tokoh
yang paling berpengaruh dalam mengembangkan tradisi positivisme adalah Thomas
Kuhn, Paul K. Fyerabend, W.V.O. Quine, and filosof lainnya. Pikiran-pikiran
para tokoh ini membuka jalan bagi penggunaan berbagai metodologi dalam
membangun pengetahuan dari mulai studi etnografi sampai penggunaan analisa
statistik.
Ø
Pragmatisme
Pragmatisme
adalah mashab pemikiran filsafat ilmu yang dipelopori oleh C.S Peirce, William
James, John Dewey, George Herbert Mead, F.C.S Schiller dan Richard Rorty.
Tradisi pragmatism muncul atas reaksi terhadap tradisi idealis yang dominan
yang menganggap kebenaran sebagai entitas yang abstrak, sistematis dan refleksi
dari realitas. Pragmatisme berargumentasi bahwa filsafat ilmu haruslah
meninggalkan ilmu pengetahuan transendental dan menggantinya dengan aktifitas
manusia sebagai sumber pengetahuan. Bagi para penganut mashab pragmatisme, ilmu
pengetahuan dan kebenaran adalah sebuah perjalanan dan bukan merupakan tujuan.
Pada
awalnya pragmatisme dengan tokoh-tokohnya mengambil jalan berpikir yang berbeda
antara satu dengan lainnya. Peirce (dalam Calhoun, 2002), misalnya, lebih
tertarik dalam meletakkan praktek dalam bentuk klarifikasi gagasan-gagasan.
Peirce adalah tokoh yang menggagas konsep bahasa sebagai media dalam relasi
instrumental antara manusia dengan benda. Gagasan ini kemudian disebut sebagai
semiotik. James, tokoh yang mempopulerkan pragmatism, lebih tertarik dalam
menghubungkan antara konsepsi kebenaran dengan area pengalaman manusia yang
lain seperti; kepercayaan dan nilai-nilai kemasyarakatan. Tokoh selanjutnya,
Dewey, menjadikan pragmatisme sebagai basis dari praktek-praktek berpikir
secara kritis. Pendekatan Dewey (1916) yang pragmatis dalam pendidikan,
misalnya, menitikberatkan pada penguasaan proses berpikir kritis daripada
metode hafalan materi pelajaran.
Sumbangan
dari pragmatisme yang lain adalah dalam praktek demokrasi. Dalam area ini
pragmatisme memfokuskan pada kekuatan individu untuk meraih solusi kreatif
terhadap masalah yang dihadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar