Dapat didentifikasi enam hal
berkenaan dengan karakteristik filsafat, yaitu objek yang dipelajari filsafat
(objek studi), proses berfilsafat (proses studi), tujuan berfilsafat, hasil
berfilsafat (hasil studi), penyajian dan sifat kebenarannya. Objek
studi filsafat adalah segala sesuatu , meliputi segala sesuatu yang telah
tergelar dengan sendirinya (ciptaan Tuhan) maupun segala sesuatu sebagai
hasil kreasi manusia. Namun demikian dari segala sesuatu tersebut hanya yang
bersifat mendasarlah yang dipelajari atau dipertanyakan dan dipikirkan oleh
para filsuf. Pendek kata objek studi filsafat bersifat komprehensif mendasar .
Proses studi atau proses
berfilsafat dimulai dengan ketakjuban, ketidak puasan, hasrat bertanya,
dan keraguan seseorang filsuf terhadap sesuatu yang dialaminya. Sehubungan
dengan itu dalam berfilsafat para filsuf tidak berpikir dengan bertolak
kepada suatu asumsi yang telah ada, sebaliknya mereka menguji asumsi yang telah
ada. Selain itu, berpikir filosofis atau berfilsafat bersifat
kontemplatif , artinya berfikir untuk mengungkap hakikat dari
sesuatu yang difikirkan, atau berfikir spekulatif yakni berfikir melampauai
fakta yang ada untuk mengungkap apa yang ada di balik yang nampak, atau disebut
pula berfikir radikal, yaitu berfikir sampai kepada akar dari sesuatu yang
dipertanyakan hingga terungkap hakikat dari apa yang dipertanyakan tersebut.
Adapun dalam rangka mengungkap hakikat sesuatu yang dipertanyakannya itu para
filsuf berfikir secara sinoptik, yaitu berfikir dengan pola yang bersifat
merangkum keseluruhan tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipertanyakan,
pola berfikir ini merupakan kebalikan dari pola berfikir analitik. Perlu
dipahami pula bahwa dalam berfikirnya itu para filsuf melibatkan seluruh
pengalaman insaninya sehingga bersifat subjektif .
Tujuan para filsuf berpikir
sedemikian rupa mengenai apa yang dipertanyakannya tiada lain
adalah untuk memperoleh kebenaran. Adapun hasil berfilsafat adalah berwujud
system teori, system pikiran atau system konsep yang bersifat normative atau
preskriptif dan individualitistik-unik . Hasil berfilsafat bersifat
normatif atau preskriptif artinya bahwa system gagasan filsafat menunjukkan
tentang apa yang dicita-citakan atau apa yang seharusnya. Sedangkan
individualistik-unik artinya bahwa system gagasan filsafat yang dikemukakan
filsuf tertentu akan berbeda dengan system gagasan filsafat yang dikemukakan
filsuf lainnya. Ini mungkin terjadi antara lain karena sifat subjektif dari
proses berfikirnya yang melibatkan pengalaman insani masing-masing filsuf.
Sebab itu, maka kebenaran filsafat bersifat subjektif-paralelistik , maksudnya
bahwa suatu system gagasan filsafat adalah benar bagi filsuf yang bersangkutan
atau bagi para penganutnya; antara system gagasan filsafat yang satu dengan
system gagasan filsafat yang lainnya tidak dapat saling menjatuhkan
mengenai kebenarannya. Dengan kata lain, bahwa masing-masing aliran filsafat
memiliki kebenaran yang berlaku dalam relnya masing-masing. Adapun hasil berfilsafat
tersebut disajikan para filsuf secara tematik sistematis dalam bentuk
naratif (uraian lisan/tertulis) atau profetik (dialog/tanya jawab
lisan/tertulis).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar