Sabtu, 24 Desember 2016

‘’Karakteristik Filsafat’’


Dapat didentifikasi  enam hal berkenaan dengan karakteristik filsafat, yaitu objek yang dipelajari filsafat (objek studi), proses berfilsafat (proses studi), tujuan berfilsafat, hasil berfilsafat (hasil studi),  penyajian dan sifat kebenarannya.  Objek studi filsafat adalah segala sesuatu  , meliputi segala sesuatu yang telah tergelar dengan sendirinya (ciptaan Tuhan)  maupun segala sesuatu sebagai hasil kreasi manusia. Namun demikian dari segala sesuatu tersebut hanya yang bersifat mendasarlah yang dipelajari atau dipertanyakan dan dipikirkan oleh para filsuf. Pendek kata objek studi filsafat bersifat komprehensif mendasar .
Proses studi atau proses berfilsafat  dimulai dengan ketakjuban, ketidak puasan, hasrat bertanya, dan keraguan seseorang filsuf terhadap sesuatu yang dialaminya. Sehubungan dengan itu dalam berfilsafat para filsuf tidak  berpikir dengan bertolak kepada suatu asumsi yang telah ada, sebaliknya mereka menguji asumsi yang telah ada. Selain itu, berpikir filosofis atau berfilsafat bersifat  kontemplatif ,  artinya  berfikir untuk mengungkap hakikat dari sesuatu yang difikirkan, atau berfikir spekulatif yakni berfikir melampauai fakta yang ada untuk mengungkap apa yang ada di balik yang nampak, atau disebut pula berfikir radikal, yaitu berfikir sampai kepada akar dari sesuatu yang dipertanyakan hingga terungkap hakikat dari apa yang dipertanyakan tersebut. Adapun dalam rangka mengungkap hakikat sesuatu yang dipertanyakannya itu para filsuf berfikir secara sinoptik, yaitu berfikir dengan pola  yang bersifat merangkum keseluruhan tentang apa yang sedang dipikirkan atau dipertanyakan, pola berfikir ini merupakan kebalikan dari pola berfikir analitik. Perlu dipahami pula bahwa dalam berfikirnya itu para filsuf melibatkan seluruh pengalaman insaninya sehingga bersifat subjektif . 
Tujuan para filsuf berpikir  sedemikian rupa   mengenai apa yang dipertanyakannya tiada lain adalah untuk memperoleh kebenaran. Adapun hasil berfilsafat adalah berwujud system teori, system pikiran atau system konsep yang bersifat normative atau preskriptif dan individualitistik-unik . Hasil berfilsafat  bersifat normatif atau preskriptif artinya bahwa system gagasan filsafat menunjukkan tentang apa yang dicita-citakan atau apa yang seharusnya. Sedangkan individualistik-unik artinya bahwa system gagasan filsafat yang dikemukakan filsuf tertentu akan berbeda dengan system gagasan filsafat yang dikemukakan filsuf lainnya. Ini mungkin terjadi antara lain karena sifat subjektif dari proses berfikirnya yang melibatkan pengalaman insani masing-masing filsuf. Sebab itu, maka kebenaran filsafat bersifat subjektif-paralelistik , maksudnya bahwa suatu system gagasan filsafat adalah benar bagi filsuf yang bersangkutan atau bagi para penganutnya; antara system gagasan filsafat yang satu dengan system gagasan filsafat yang lainnya tidak  dapat saling menjatuhkan mengenai kebenarannya. Dengan kata lain, bahwa masing-masing aliran filsafat memiliki kebenaran yang berlaku dalam relnya masing-masing. Adapun hasil berfilsafat tersebut disajikan para filsuf secara tematik sistematis dalam bentuk naratif  (uraian lisan/tertulis) atau profetik (dialog/tanya jawab lisan/tertulis). 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar