Jauh sebelum ajaran Islam turun, masyarakat Jahiliyah Arab ternyata sudah
memiliki dua hari raya, yakni Nairuz dan Mahrajan. Kaum Arab Jahiliyah
menggelar kedua hari raya itu dengan menggelar pesta pora. Selain menari-nari,
baik tarian perang maupun ketangkasan, mereka juga bernyanyi dan menyantap
hidangan lezat serta minuman memabukkan.
‘’Nairuz dan Mahrajan merupakan tradisi hari raya yang berasal dari zaman Persia Kuno?’’ tulis Ensiklopedi Islam. Setelah turunnya kewajiban menunaikan ibadah puasa Ramadhan pada 2 Hijriyah, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan An-Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda, ‘’Sesungguhnya Allah mengganti kedua hari raya itu dengan hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha.’’
‘’Nairuz dan Mahrajan merupakan tradisi hari raya yang berasal dari zaman Persia Kuno?’’ tulis Ensiklopedi Islam. Setelah turunnya kewajiban menunaikan ibadah puasa Ramadhan pada 2 Hijriyah, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan Abu Dawud dan An-Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda, ‘’Sesungguhnya Allah mengganti kedua hari raya itu dengan hari raya yang lebih baik, yakni Idul Fitri dan Idul Adha.’’
Setiap kaum memang memiliki hari raya masing-masing. Al-Hafiz Ibnu Katsir
dalam Kisah Para Nabi dan Rasul, mengutip sebuah hadis dari Abdullah bin Amar,
‘’Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: ’’Puasanya Nuh adalah satu tahun
penuh, kecuali hari Idul Fitri dan Idul Adha’.’’ (HR Ibnu Majah)
Jika merujuk pada hadis di atas, maka umat Nabi Nuh AS pun memiliki hari
raya. Sayangnya, kata Ibnu Katsir, hadis yang diriwayatkan Ibnu Majah itu
sanadnya dhaif. Rasulullah SAW membenarkan bahwa setiap kaum memiliki
hari raya. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari, pernah memarahi
dua wanita Anshar memukul rebana sambil bernyanyi-nyanyi.
‘’Pantaskah ada seruling setan di rumah, ya Rasulullah SAW?’’ cetus Abu
Bakar.
‘’Biarkanlah mereka wahai Abu Bakar! Karena tiap-tiap kaum mempunyai hari raya, dan hari ini adalah hari raya kita,’’ sabda Rasulullah SAW.
‘’Biarkanlah mereka wahai Abu Bakar! Karena tiap-tiap kaum mempunyai hari raya, dan hari ini adalah hari raya kita,’’ sabda Rasulullah SAW.
Hari Raya Idul Fitri untuk pertama kalinya dirayakan umat Islam, selepas
Perang Badar yang terjadi pada 17 Ramadhan 2 Hijiriyah. Dalam pertempuran itu,
umat Islam meraih kemenangan. Sebanyak 319 kaum Muslimin harus berhadapan
dengan 1.000 tentara dari kaum kafir Quraisy.
Pada tahun itu, Rasulullah SAW dan para sahabat merayakan dua kemenangan,
yakni keberhasilan mengalahkan kaum kafir dalam Perang Badar dan menaklukkan
hawa nafsu setelah sebulan berpuasa. Menurut sebuah riwayat, Nabi SAW dan para
sahabat menunaikan shalat Id pertama dengan kondisi luka-luka yang masih belum
pulih akibat Perang Badar.
Rasulullah SAW pun dalam sebuah riwayat disebutkan, merayakan Hari Raya Idul Fitri pertama dalam kondisi letih. Sampai-sampai Nabi SAW bersandar pada Bilal RA dan menyampaikan khutbahnya.
Rasulullah SAW pun dalam sebuah riwayat disebutkan, merayakan Hari Raya Idul Fitri pertama dalam kondisi letih. Sampai-sampai Nabi SAW bersandar pada Bilal RA dan menyampaikan khutbahnya.
Menurut Hafizh Ibnu Katsir, pada Hari Raya Idul Fitri yang pertama,
Rasulullah SAW pergi meninggalkan masjid menuju suatu tanah lapang dan
menunaikan shalat Id di atas lapang itu. Sejak itulah, Nabi Muhammad SAW dan
para sahabat menunaikan shalat Id di lapangan terbuka.
Sebelum datangnya Hari Raya Idul Fitri, umat Islam diwajibkan
menunaikan zakat fitrah. Tepat pada 1 Syawal, kaum Muslim disunahkan
melaksanakan shalat Id, baik di lapangan terbuka maupun di masjid, sebanyak dua
rakaat dan kemudian dilanjutkan dengan khutbah.
Hingga kini, Idul Fitri telah
dilakukan kaum Muslimin sebanyak lebih dari 1.432 kali. Di setiap wilayah
atau daerah, umat Islam memiliki tradisi masing-masing untuk merayakan
dan mengisi hari raya itu. Bahkan, di setiap daerah dan Negara,
umat Islam memiliki istilah sendiri untuk menyebut Idul Fitri.
Sejatinya, menurut Prof HM Baharun, hakikat Idul Fitri adalah perayaan
kemenangan iman dan ilmu atas nafsu di medan jihad Ramadhan. Setelah berhasill
menundukkan nafsu, kaum Muslim yang berpuasa di bulan Ramadhan dapat
"kembali ke fitrah" (Idul Fitri), yakni kembali ke asal kejadian.
Semoga. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1434 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar