Hijriyah I diperingati setiap tanggal 1 Muharram oleh kaum Muslimin. Biasanya
diadakan kegiatan perayaan yang melibatkan masyarakat dari berbagai usia, baik
laki-laki maupun wanita. Pergantian tahun mengingatkan manusia untuk berbenah
diri (muhasabah) sejauh mana bekal yang disiapkan untuk menghadapi kehidupan
setelah kematian, selalu mencerminkan akhlak mulia, memiliki semangat baru
untuk merancang dan menjalani kehidupan ke arah yang secara lebih baik.
Sejarah dan makna tahun baru Islam, keduanya berhubungan erat dengan waktu
yang terus berputar. Manusia yang beruntung adalah yang menggunakan waktunya
dengan melakukan amal sebanyak dan sebaik mungkin. Detik, menit, jam dan hari
yang dimiliki orang sukses adalah proses perjalanan demi menggapai
keberhasilan. Sedangkan mereka yang melalaikan waktu dan potensi adalah
termasuk orang-orang yang merugi.
Sejarah Tahun Baru Islam
Sejarah digunakannya sistem perhitungan tahun baru Islam bermula di masa
Umar bin Al-Khattab r.a. atau 6 tahun pasca wafatnya Nabi SAW. Salah satu
riwayat menyebutkan yaitu ketika khalifah mendapat surat balasan yang
mengkritik bahwa suratnya terdahulu dikirim tanpa angka. Beliau lalu
bermusyawarah dengan para shahabat dan singkat kata, mereka pun berijma’ untuk
menjadikan momentum di mana terjadi peristiwa hijrah Nabi saw. sebagai awal
mula perhitungan tahun dalam Islam.
Sebelum mengembangkan kalender Islam atau kalender Hijriah, masyarakat Arab
mengenali tahun dengan menamainya menggunakan peristiwa penting yang terjadi di
tahun tersebut. Misalnya sejarah kelahiran Nabi Muhammad Saw yang dikenal
dengan nama “Tahun Gajah”, karena pada tahun tersebut terjadi penyerangan
terhadap Ka’bah oleh pasukan yang menggunakan gajah sebagai kendaraan
perangnya.
Sedangkan sistem kalender qomariyah berdasarkan peredaran bulan konon sudah
dikenal oleh bangsa Arab sejak lama. Demikian juga nama-nama bulannya serta
jumlahnya yang 12 bulan dalam setahun. Bahkan mereka sudah menggunakan bulan
Muharram sebagai bulan pertama dan Dzulhijjah sebagai bulan ke-12 sebelum masa
kenabian. Dengan kata lain, nama-nama bulan dalam kalender Hijriah bukanlah
nama-nama baru, melainkan nama-nama bulan yang memang telah dipergunakan
sebelumnya dalam sejarah tahun baru Islam.
Penggunaan tahun qomariyah juga sesuai firman Allah, “Dialah yang
menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).” (Yunus: 5).
Jika pada kalender Masehi sebuah hari dimulai tepat pukul 00.00, maka pada
kalender Hijriah memiliki konsep bahwa sebuah hari dimulai pada saat matahari
terbenam. Atas dasar prinsip ini pula periode 1 tahun dalam kalender Hijriah 11
hari lebih pendek daripada periode 1 tahun kalender Masehi. Meski secara konsep
dasar berbeda, kalender Islam memiliki beberapa kesamaan dengan penghitungan
kalender Masehi, di antaranya adalah jumlah bulan (yakni 12 bulan) dan jumlah
hari dalam seminggu (yakni 7 hari).
Adapun jumlah hari dalam sebulan kalender Hijriah dihitung berdasarkan
siklus sinodik bulan. Karena ketidakstabilan siklus sinodik tersebut,
bulan-bulan pada penghitungan kalender tidak memiliki jumlah hari yang sama.
Jumlah hari dalam sebulan pada kalender Hijriah berkisar antara 29 – 30 hari;
sehingga total hari dalam 1 tahun kalender Islam 354-355 hari. Berikut adalah
nama-nama bulan pada kalender Hijriah dan keterangan jumlah harinya:
1. Safar
(29 hari).
2. Rabiul
Awal (30 hari).
3. Rabiul
Akhir (29 hari).
4. Jumadil
Awal (30 hari).
5. Jumadil
Akhir (29 hari).
6. Rajab
(30 hari).
7. Sya’ban
(29 hari).
8. Ramadhan
(30 hari).
9. Syawal
(29 hari).
10. Dzulkaidah
(30 hari).
11. Dzulhijjah
(29 atau 30 hari)
Sejarah
tahun baru Islam berkaitan erat dengan peristiwa hijrah yang menjadi momentum
di mana umat Islam secara resmi keberadaannya secara hukum internasional,
memiliki sistem undang-undang formal, punya pemerintahan resmi dan bisa duduk
sejajar dengan negara/kerajaan lain dalam percaturan dunia internasional. Sejak
itu juga hukum Islam mulai berlaku, seperti qishash dan hudud seperti memotong
tangan orang yang mencuri, merajam/mencambuk pezina, hukum waris dan banyak
lagi.
Makna
Tahun Baru Islam
Makna tahun baru Islam
menjadi satu pelajaran yang seolah tertinggalkan. Tertutupi oleh hingar bingar
perayaan tahun baru Masehi yang memang sudah tradisi untuk dirayakan secara
meriah. Terkesan membosankan, tapi faktanya hal itulah yang dibutuhkan agar
nilai-nilainya tetap terjaga dengan baik. Semangat baru yang dijadikan landasan
bagi umat dan tokoh Islam dalam memperbaiki kualitas diri.
Perhitungan tahun baru
Islam berawal dari peristiwa ketika kaum Muslimin membuat satu keputusan besar
untuk mengubah nasib, yaitu hijrah. Kata hijrah secara bahasa artinya
berpindah. Berarti upaya perubahan nasib manusia. Semangat untuk tidak diam dan
selalu berusaha mencapai cita-cita. Mencoba melakukan lompatan untuk perubahan
yang lebih baik. Sekalipun ikhtiar tersebut berat, berisiko, dan harus
meninggalkan kebiasaan lama yang mungkin berat.
Makna tahun baru Islam
yang pertama adalah mengingatkan kembali pada peristiwa hijrah sehingga
meningkatkan kepercayaan kaum muslim akan kebenaran ideologi dan aqidah yang
dianut. Tidak mempedulikan segala macam gangguan yang bertujuan menggoda iman.
Saat itu Rasulullah saw. sangat percaya akan kesuksesan hijrah, dakwah dan
sampainya beliau di hadapan para sahabatnya di Madinah, meskipun beliau akan
melalui ancaman dan kesulitan besar dalam perjalanannya.
Makna tahun baru Islam
yang kedua adalah mengenalkan kepada generasi muda akan momen kepahlawan dari
generasi muda sahabat dalam momen hijrah dan sejarah Islam. Perjuangan yang
dilakukan Rasul dan para sahabatnya selama melakukan perjalanan itulah yang
menjadi makna tahun baru Islam hendaknya diresapi betul agar perjalanan penuh
pengorbanan itu sendiri menjadi sebuah pelajaran hidup bagi umat manusia.
Makna tahun baru Islam
yang ketiga adalah menegaskan kembali pentingnya menerapkan akhlak mulia dalam
kehidupan yang bersumber dari Al Quran. Hijrah dari suka minum minuman keras ke
arah meninggalkan minum alkohol. Hijrah dari perbuatan judi ke arah
meninggalkan main judi. Hijrah dari kebiasaan sering berzina ke arah
meninggalkan zina. Hijrah dari perbuatan mencuri dan korupsi ke arah
meninggalkan pencurian. Hijrah dari suka memakai narkoba ke arah meninggalkan
narkoba. Intinya meninggalkan kebiasaan melanggar larangan-Nya menjadi taat
melaksanakan perintah Allah Taala.
Untuk melengkapi
artikel tentang tahun baru Islam, sejarah dan maknanya, tanggal 1 Muharram
merupakan satu dari empat bulan haram dalam kalender Hijriyah. Maka sudah
sepantasnya umat muslim di seluruh penjuru dunia untuk berbenah diri menjadi
manusia yang lebih baik lagi dari tahun sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar