Kamis, 29 Desember 2016

Masyarakat Perlu Pahami Filosofi dan Konsep Dasar PAUD


Sekarang ini masih banyak orang tua, tenaga kependidikan PAUD dan guru yang belum memahami filosofi dan konsep dasar dalam mendidik anak, akibatnya pendidikan yang terjadi sering salah kaprah bahkan mengarahkan anak kepada hal yang sala
Demikian juga terhadap potensi anak yang luar biasa tidak dapat tergali dan berkembang dengan baik, semua itu akibat kurang dan tidak dipahaminya konsep mendidik anak yang baik. Hal itu disampaikan Kasi PAUD Dinas Diknas Kabupaten Sumbawa, Mukhlis SPd, dalam pemaparannya pada kegiatan Orientasi Pembelajaran Tenaga Pendidik PAUD dan Guru TK yang berlangsung belum lama ini di Hotel Cirebon Sumbawa Besar.
Disampaikan Mukhlis, bahwa sebelum mengenal PAUD, mendidik anak dilakukan seperti apa adanya yang sudah menjadi tradisi orang tua terhadap anak-anak, tidak terpogram dengan baik, serta tidak pernah memandang anak memiliki potensi yang luar biasa.
Namun sekarang ini, jelasnya, sudah mulai terbangun pemikiran dan kesadaran tentang pentingnya pendidikan anak usia dini yang dikatakan sebagai Golden Age (usia emas) dan lebih dipandang sebagai sesuatu yang penting untuk mengoptimalkan perkembangan anak. “Sekarang ini orang tua mulai sadar, bahwa pendidikan anak usia dini tidak main-main terhadap potensi yang dimiliki anaknya,” kata Mukhlis. Oleh karena itu kata Mukhlis, bahwa pelaksanaan pendidikan harus dilandasi oleh ilmu pendidikan. “Pendidikan tanpa dilandasi oleh ilmu pendidikan akan menghasilkan kegiatan pembelajaran yang tidak mempunyai arah yang jelas,” paparnya.
Landasan pembelajaran pendidikan anak usia dini, katanya, bersumber dari dasar pemikiran atau filsafat dan teori pendidikan sesuai dengan tumbuh kembang anak berdasarkan usia anak. Pendidik dalam hal ini, bertugas menstimulasi secara optimal melalui rangsangan pendidikan bagi anak untuk berkembang secara holistik Oleh karena itu, kata Muchlis, sebagai tenaga pendidik harus memiliki pemahaman dan ilmu bagaimana menjadi pendidik yang baik. “Ketika guru atau pendidik memahami dan memilik ilmu dalam mendidik maka dengan mudah kita akan memperlakukan anak tersebut,” jelasnya.
Pada kesempatan itu Mukhlis mengingatkan kepada pendidik dan gugu agar jangan pernah bosan untuk menuntut dan menambah ilmu, melalui berbagai cara, diantaranya melalui pelatihan, banyak membaca baik pengetahuan umum ataupun pengetahuan khusus yang menyangkut anak usia dini. “Mengajar anak usia dini bagai mengukir di atas batu, apa yang disampaikan akan seterusnya diingat oleh karena itu pahatlah lukisan yang indah,” kata berfilsafat.
Filosofi PAUD
Dijelaskan Mukhlis, bahwa secara filosofi, pendidikan anak usia dini ada 2 pendekatan, pertama pendekatan Filosifi Relegius, bahwa dipandang dari sudut agama pendidikan sangat dianjurkan untuk ditanamkan. Agama dalam hal ini jelasnya, memberikan petunjuk yang tegas tentang perlu dan pentingnya pendidikan semenjak usia dini dan pada umumnya pendidikan merupakan proses yang terus menerus mulai anak dalam gendongan orang tua sampai manusia meninggal dunia.
Mengutif pendapat Ki Hajar Dewantoro, Mukhlis menyatakan bahwa anak-anak adalah mahluk hidup yang memiliki kodratnya masing-masing. Sementara pendidik dalam hal ini hanya membantu menuntun kodratnya tersebut.“Jika anak memiliki kodrat yang tidak baik, maka tugas pendidik untuk membantunya menjadi baik, jika anak sudah memiliki kodrat yang baik, maka kita harus berusaha untuk mengembangkannya agar ia menjadi lebih baik lagi,” paparnya.
Kodrat dan lingkungan merupakan faktor yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Sementara sistem pendidikan yang dipakai katanya, adalah sistem ”among’’ yakni memberi kemerdekaan, kesukarelaan, demokrasi, toleransi, ketertiban, kedamaian, kesesuaian dengan keadaan dan hindari perintah dan paksaan. Sistem ini jelasnya, mendidik anak menjadi manusia yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya dan merdeka tenaganya serta dapat mencari pengetahuan sendiri. “Filosofi Ki Hajar Dewantoro ini kita kenal dengan asah, asih dan asuh,” jelasnya.
Teori-Teori PAUD
Dalam rangka mendidik anak usia dini, juga dikenal dengan berbagai teori yang disampaikan oleh para ahli, diantaranya jelas Mukhlis, teori PAUD yang disampaikan oleh Howard Gardner yang menyatakan bahwa pada hakekatnya setiap anak adalah anak yang cerdas. Kecerdasan ini jelasnya, bukan hanya dipandang dari faktor kecerdasan membaca dan berhitung saja, tetapi juga ada kecerdasan-kecerdasan lain yang akan mengantarkan anak pada kesuksesan atau dikenal dengan multiple intelegences. Multiple Intelegences ini jelas Mukhlis seperti kecerdasan dalam bidang seni, olah raga, kecerdasan berbahasan dan kecerdasan lainnya.
Kemudian teori yang disampaikan oleh Jean Piaget, bahwa kecerdasan anak berkembang secara pesat, namun berfikir anak belun sistimatis, sering berubah-ubah dari gagasan satu ke gagasan yang lain, dan belum logis. Salah satu simbol yang dipakai adalah bahasa, oleh karena itu perkembangan bahasa pada usia dini sangat cepat. Masih menurut Jean Piaget, jelas Mukhlis, bahwa anak berfikir melalui kesan yang diterima inderanya yaitu apa yang dilihat, yang didengar, diraba, dicium, dirasakan, dan gerakan-gerakan yang dilakukan. Oleh karena itu kata Mukhlis, untuk mengembangkan cara berfikir anak, harus diberikan rangsangan atau stimulus melalui inderanya.
Selain itu sambung Mukhlis dalam teori tersebut juga menyatakan bahwa anak usia dini masih sering mengkhayakan sesuatu sebagaimana kenyataan. Dia mencontohkan anak sering berbicara sendiri dengan benda yang ada di sekitarnya. “Pada tahap ini anak sudah mulai berfikir abstrak tapi belum sempurna,” jelasnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar