Tentunya
sudah banyak yang mengetahui tentang kesenian khas Ponorogo yaitu Reog
Ponorogo. Tapi apakah ada yang tahu bahwa dibalik gemerlapnya Reog Ponorogo ini
ternyata terkandung nilai-nilai luhur yang patut untuk di teladani? Setiap
unsur dalam kesenian ini ternyata mengandung nilai dan makna masing-masing.
Dari beberapa sumber yang aku baca, Reog dulunya juga sebagai media dakwah
ajaran Islam di daerah Ponorogo. Terlepas dari salah dan benarnya sumber
tersebut tapi nilai-nilai yang terkandung memang menunjukkan sifat-sifat
manusia dan perjalanan hidup manusia di dunia. Tidak ada salahnya jika kita
mempelajarinya sebagai bekal hidup kita di dunia. Berikut nilai-nilai yang
tersembunyi dalam kesenian Reog Ponorogo:
1. DADAK REYOG
Dadak reyog diambil
dari bahasa arab “Riyoqun” yang bermakna Khusnul Khotimah. Hal ini bisa
diartikan seluruh perjalanan hidup manusia dilumuri dengan berbagai dosa dan
noda, bilamana sadar dan beriman yang pada akhirnya bertaqwa kepada Tuhan maka
jaminannya adalah sebagai manusia yang sempurna dan menjadi muslim sejati.
Dalam Reyog terdapat topeng Harimau (Barongan / Cekathakan ) yang angker dan
angkuh dihiasi oleh bulu burung merak yang hijau kebiru – biruan dan mengkilat.
Topeng harimau melambangkan kejahatan dan bulu merak melambangkan kebajikan.
Ini mengingatkan kepada kita bahwa setiap kejahatan akan terkalahkan oleh
kebajikan.
Selain warna bulu merak
yang indah, kalau kita amati ada 4 (empat) warna yang dominan dalam kesenian
reog yaitu hitam, putih, kuning dan merah. Warna – warna ini bukanlah tanpa
makna namun para pinesepuh telah menempatkan warna yang mempunyai makna atau
yang menyimbolkan nafsu – nafsu yang ada dalam diri manusia. Secara garis besar
warna – warna itu menyimbolkan :
a. Warna Merah menyimbolkan nafsu AMARAH
b. Warna Putih menyimbolkan nafsu
MUTH’MAINAH
c. Warna Hitam menyimbolkan nafsu
ALWAMAH
d. Warna Kuning menyimbolkan nafsu
SUFIYAH
Simbol
nafsu manusia ini dapat dipahami secara mendalam oleh beberapa atau pemain dan
penonton kesenian reog. Wacana ini dapat diterangkan oleh sesepuh atau
penangkapan secara alami oleh penonton dan penari. Simbolisasi ini juga relevan
dengan proses kejiwaan dalam ilmu kanuragan Jawa yaitu dimulai dari proses
KANURAGAN, KASEPUHAN, KASUKSMAN dan KASAMPURNAN. Simbolisasi atas warna – warna
dominan dalam kesenian Reog inilah yang dapat dipetik dari tujuan Tontonan yang
bisa membawa ke arah Tuntunan.
2. KENDANG
Kendang diambil dari
Bahasa Arab “Qoda’a” yang bermakna rem. Artinya sebagai manusi yang hidup
dimuka bumi kita harus sadar bahwa kita tak akan hidup selamanya. Maka dari itu
dibutuhkan rem untuk mengendalikan kehidupan kita agar tak terjerumus dalam
keangkara murkaan.
Kendang
menentukan irama cepat atau lambat dan berbunyi dang, dang, dang. Ndang artinya
segeralah, berarti segeralah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
3. KENONG
Kenong diambil dari
Bahasa Arab “Qona’a” yang bermakna menerima takdir. Sebagai makhluk ciptaan
Tuhan kita dilarang untuk mengeluh dengan apa yang terjadi pada diri kita. Kita
diwajibkan untuk selalu berusaha dan berdoa untuk merubah hidup kita.
Kenong
memiliki suara nang, ning, nong, nung. Nang berarti ana, ning berate bening,
nong berarti plong (mengerti), nung berarti dumunung (sadar). Maksutnya setelah
manusia ada lalu berfikir dengan hati hyang bening maka dapat mengerti sehingga
sadar bahwa keberadaannya tentu ada yang menciptakannya yaitu Allah SWT.
4. KETIPUNG
Ketipung
diambil dari Bahasa Arab”Katifun” yang berarti balasan. Setiap perbuatan yang
kita lakukan dimuka bumi ini akan mendapatkan balasan dari tuhan kelak di hari
akhir. Untuk itu kita dianjurkan untuk selalu berbuat kebajikan setiap waktu.
Ketipung adalah kendang dengan ukuran kecil.
5. KETHUK
Diambil dari Bahasa
Arab “Khotok” yang berarti banyak salah. Manusia adalah tempatnya berbuat salah
dan dosa, maka dari itu kita selalu diingatkan untuk selalu bertaubat.
Kethuk
berbunyi thuk, artinya matuk atau setuju.
6. GONG KEMPUL
Gong
berarti Gung, setiap amal manusia dipertanggungjawabkan dihadapan Yang Maha
Agung. Kempul berasal dari Bahasa Arab “ Kafulun” artinya pembalasan atau
imbalan. Setiap perbuatan yang kita lakukan akan dicatat oleh malaikat yang
selalu menyertai kita. Kempul artinya kumpul atau jama’ah. Setelah ditabuh
sekali dua kali, tiga kali disusul bunyi gong yang artinya agung. Lagu yang
dibunyikan selalu berakhir dengan bunyi gong. Semua ibadah kita tujukan kepada
yang Maha Agung.
7. TEROMPET ATAU SULING
Diambil dari Bahasa
Arab “Shuwarun” artnya peringatan. Hidup manusia didunia hanya sementara, kita
selalu diingatkan untuk mengisi hidup kita dengan kebaikan.
Suling
artinya eling atau ingat. Ingat kepada yang menjadikan hidup. Ingat bahwa hidup
di dunia tidak lama. Ingat bahwa ada kehidupan yang kekal dan bahagia yang
dapat dicapai dengan amal ibadah sebanyak-banyaknya.
8. ANGKLUNG
Berasal dari Bahasa
Arab “Anqul” artinya peralihan. Artinya peralihan dari hal buruk menjadi baik.
9. WAROK
Berasal
dari bahasa Arab “Wira’I” artinya tirakat. Kehidupan dunia ini penuh godaan
dari segala penjuru, untuk itu perlu tirakat untuk menjauhkan godaan-godaan
tersebut.
10. PENADHON
Dari
Bahasa Arab “Fanadun” artinya lemah. Setiap manusia memiliki kelemahan atau
kekurangan-kekurangan, namun kita dilarang berputus asa karena kelemahan kita.
Penadon adalah baju hitam yang dipakai oleh warok.
11. USUS-USUS Atau KOLOR
Diambil dari Bahasa
arab “ Ushusun” artinya tali atau ikatan. Manusia wajib berpegang teguh pada
tali Allah dalam hubungan vertical kepada Tuhan YME dan hubungan dengan sesama
manusia. Selain itu Islam sangat menganjurkan umatnya untuk selalu menjaga
ikatan silaturahmi. Itulah, sebuah nilai yang terkandung dalam kesenian Reog
Ponorogo. Aku rasa tidak hanya Reog Ponorogo saja, kesenian lain pasti juga
mengandung nilai-nilai moral yang patut untuk diteladani. Jadi, mari kita
pelajari dan kita lestarikan aset berharga ini.
Tags : barongan, batoro katong, bupati
ponorogo, dadak merak, dakwah islam, gamelan reyog, lembu kanigoro, ponorogo,
reyog dan islam, reyog ponorogo, sejarah ponorogo, sejarah reyog
bagus
BalasHapus