Bidang filsafati yang di sebut metafisika ini merupakan tempat berpijak
dari setiap pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah. Di ibaratkan
pikmiran adalah roket yang meluncur ke bintang-bintang, menembus galaksi dan
awan gemawan, maka metafisika adalah landasan peluncurannya, dunia sepintas
lalu kelihatan sangat nyata ini, ternyata menimbulkan berbagai macam spekulasi
filsafati tentang hakikatnya.
Prinsip-prinsip materialisme ini di kembangkan oleh Democritos (460-370
S.M). dia mengembangkan teori tentang atom yang di pelajarinya dari gurunya
Leucippus. Bagi democritos. Unsur dasar dari alam ini adalah atom.
Disini kaum yang menganut mekanistik ditentang oleh kaum vitalistik. Kaum
mekanistik melihat gejala alam (termasuk mahluk hidup) hanya gejala kimia
fisika semata. Sedangkan bagi kaum vitalistik hidup adalah sesuatu yang unik
yang berbeda secara substanstif dengan proses tersebut di atas.
Secara fisiologis otak manusia terdiri dari 10 sampai 15 biliun neuron.
Neuron adalah sel saraf yang merupakan dasar dari keseluruhan sistem saraf.
Cara bekerja otak ini merupakan objek telaah dari berbagai disiplin keilmuan
seperti fisiologi, psikologi, kimia, matematika, fisika teknik dan neuro-
fisiologi. Sudah merupakan kenyataan yang tidak usah lagi di perdebatkan bahwa
proses pemikiran manusia menghasilkan pengetahuan tentang zat (objek yang di
telaahnya.
Aliran monistik mempunyai pendapat yang tidak membedakan antara pikiran dan
zat :mereka hanya berbeda dalam gejala di sebabkan proses yang berlainan namun
mempunyai substansi yang sama. Ibarat zat dan energi, dalam teori relativitas
einstein, energi merupakan bentuk lain dari zat. Jadi yang membedakan robot
dengan manusia bagi kaum yang menganut paham monistik hanya terletak pada komponen
dan struktur yang membangunnya dan sama sekali bukan terletak pada substansinya
yang pada hakikatnya berbeda secara nyata.
Locke sendiri menganggap bahwa pikiran manusia pada mulanyadapat
diibaratkan lempeng lilin yang licin (tabula rasa) di mana pengalaman indra
kemudian melekat pada lempeng tersebut dengan demikian pikiran dapat di
ibaratkan sebagai organ yang menangkap dan menyimpan pengalaman indera.berkeley
terkenal dengan pernyataannya,”To be is to be perceived!”(ada adalah di
sebabkan persepsi!).
To be is be perceived
(BERKELEY)
To be is not to be
(HAMLET)
To be do be do(diam!
diam!)
(ARIE KUSMIRAN)
(Siapa bilang filsafat, sastra, dan lagu tak bisa berdampingan?). Bagi
Berkeley maka buah apel itu hanya ada dalam pikiran seseorang. Jadi kalau tak
ada yang memikirkan buah apel itu tak kan ada? Tanya seorang. Tetap saja
ada,bersikeras Uskup Berkeley,apel itu ada dalam pikiran Tuhan.(salah satu
jawaban yang paling orisinil dalam masalah tentang metafisika, Geleng
Kemeny,namun sulitnya bagaiman kita mengetahui pikiran Tuhan itu sebenarrnya).
Begini, jawab saya mungkin bisa, (disebelah kanan saya adalah profesor-profesor
metafisik; disebelah kiri saya adalah kanak-kanak yang serba ingin tahu dan
sebelum kenal dusta), pada hakikatnya ilmu tidak dapat dilepaskan dari metafisika,namun
beberapa jauh kaitan itu semuanya tergantung kita.
Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam ini sebagaimana
adanya.Kalau memang itu tujuannya maka kita tidak bisa melepaskan diri dari
masalah-masalah yang ada di dalamnya, bukan? Makin jauh kita
beravuntuh dalam penjelajahan ilmiah masalah-masalah tersebut diatas mau tidak
mau akan timbul: apakah dalam batu-batuan yang saya pelajari di laboratorium
terpendam proses kimia fisika atau bersembunyi roh yang halus? Apakah manusia
yang begitu hidup: tertawa,menangis dan jatuh cinta; semua itu proses kimia
fisika juga?.Apakah pengetahuan yang saya dapatkan bersumber pada kesadaran
mental ataukah hanya rangsangan pengindraan belaka?
Jadi pada dasarnya tiap ilmu boleh memiliki filsafat individual yang
berbeda-beda: dia bisa menganut paham mekanistik; dia bisa menganut paham
vitalistik; dia boleh setuju dengan Thomas Hobbes yang materialistik atau
George Berkeley yang idealistik.
Sekiranya terdapat dua orang dokter yang sedang mengukur tekanan darah
seseorang dan mengaitkannya dengan kadar kolestrol di dalamnya, maka bahwa
seorang yangtermasuk kubu mekanistik dan yang seorang lagi kubu vitalistik
dalam preoses pemeriksaan ini komitmen filsafati mereka adalah tidak relevan
lagi.Baru setelah dua dokter itu selesai bekerja dan menggantungkan jubah
putihnya, mereka berpisah dengan memilih koridor spiritualnya masing-masing
yang berbeda-beda, dalam berkontemplasi dan memberikan makna.”betapa luhurnya
manusia,”bisik dokter yang satu.(pasiennya yang tadi adalah seorang tua yang
sudah uzur:menderita tekanan darah tinggi dan sudah renta ,namun terpaksa
membanting tulang untuk menghidupi keluarganya.) Ah,nunc scio quid sit
amor.akhirnya ku tahu juga wajah cinta.“Betapa keroposnya manusia”, bisik
dokter yang lainnya (dalam buku kecilnya tercatat: cholesterol 350, tekanan
darah 90 x 180, kencing manis, asma, etcetera.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar