Menurut al-Ghazali, perjalanan tasawuf pada hakikatnya adalah pembersihan
diri dan pembeningan hati terus menerus hingga mampu mencapai musyahadah. Oleh
karena itu al-Ghazali menekankan betapa pentingnya pelatihan jiwa, penerapan
moral atau akhlak yang terpuji baik di sisi manusia maupun di sisi Tuhan.
Keistimewaan yang luar biasa dari al-Ghazali, bahwa dia adalah seorang
pengarang yang produktif. Di samping itu, keistimewaan al-Ghazali yang
lain adalah uraiannya yang berhubungan dengan makrifat sebagai jalan mengenal
Allah. Secara jelas al-Ghazali menguraikan makrifat sufi dari segi cara-cara
pencapaian, metode, obyek dan tujuan yang jelas dan gamblang sehingga teorinya
tentang makrifat dapat dipandang sebagai teori lengkap dan kompherensif
dibanding dengan teori sufi sebelumnya.
Tingkat makrifat yang terdapat dalam tasawuf, menurut al-Ghazali, adalah
jalan yang membawa kepada pengetahuan yang kebenarannya dapat diyakini.
Makrifat dalam istilah tasawuf adalah suatu tingkat di mana hijab atau tabir,
hilang dari depan wajah seorang sufi, sehingga ia dengan hati sanubarinya dapat
melihat Tuhan dan hal-hal yang tak dapat dilihat manusia biasa. Makrifat
menurut konsep al-Ghazali adalah pembangunan konsep para sufi sebelumnya. Al-Ghazali
tidak hanya memberikan makrifat (pengenalan) langsung terhadap Allah
sebagaimana pandangan sebagian para sufi, tetapi termasuk dalam pengertian
makrifat adalah pengenalan terhadap semesta ini.
Menurut al-Ghazali makrifat bukan hanya sekedar pengenalan biasa tetapi
berupa ilmu yang tidak diragukan kebenarannya atau al-Ilmu al-Yakin.
Tersingkap secara jelas, tidak hanya terdapat keraguan, tidak salah dan keliru.
Dikatakan pula makrifat adalah qalbu, bukan perasaan, dan bukan pula akal budi.
Qalbu menurutnya ada dua macam, yaitu qalbu jasmani dan qalbu rohani.
Menurutnya, qalbu adalah cermin, ilmu adalah pantulan gambar realitas yang ada
di dalamnya. Jika cermin tidak bening, maka dia tidak dapat memantulkan
realitas ilmu. Cermin qalbu kelabu karena hawa nafsu, ketaatan kepada Allah
harus berpaling dari tuntutan hawa nafsu. Dengan berpaling, keinginan hawa
nafsu, qalbu akan cerah dan cemerlang. Harun Nasution juga berpendapat bahwa
makrifat adalah mengetahui rahasia Tuhan dan mengetahui secara sistematis yang
meliputi aspek keilahian (peratutan Tuhan) yang meliputi segala yang ada.
Adapun kesimpulan tasawuf menurut ajaran tasawuf al-Ghazali, bahwa maqam
mahabbah akan dapat dicapai dengan tingkat makrifat yang merupakan tujuan akhir
dari seseorang sufi karena itu jalan yang harus ditempuh seorang sufi bermula
dari pembersihan batin secara keseluruhan dan segala sesuatu selain Allah, lalu
tenggelam secara keseluruhan dalam zikir Allah. Menurut al-Ghazali, makrifat
dan Mahabbah lah setinggi-tinggi tingkat yang dicapai seorang sufi. Dan
pengetahuan yang diperoleh dari makrifat lebih tinggi mutunya dari pengetahuan
yang diperoleh dengan akal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar