Istilah filsafat (philosophy)
berasal dari dua kata dari bahasa Yunani Kuno, yaitu philein (cinta) dan Sophia
(kebijaksanaan). Jadi, secara etimologis filsafat adalah cinta kepada
kebijaksanaan. Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan (the mother of
sciences) yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Filsafat
adalah untuk mengetahui hakikat sesuatu. Di dalam filsafat terdapat
aliran-aliran filsafat pendidikan. Salah satunya yaitu, Aliran Konservatif.
Apakah aliran konservatif tetap dipertahankan dalam dunia pendidikan? Ternyata
pada kenyataannya tidak selamanya dunia pendidikan itu menerima adanya aliran
tersebut. Dengan seiring perkembangan zaman yang modern, teknologi serba
canggih, dari anak-anak hingga orang dewasa pun sudah menikmati kecanggihan
teknologi tersebut yang berupa handphone, gadget (berisikan education, games,
entertain, dan sebagainya).
Aliran Konservatif sendiri dapat
diartikan dengan “melestarikan, menjaga, memelihara, mengamalkan”. Samuel
Francis mendefinisikan konservatisme yang otentik sebagai bertahannya dan
penguatan orang-orang tertentu dan ungkapan-ungkapan kebudayaannya yang
dilembagakan. Sebagai seorang pendidik memang tidak dilarang jika tetap ingin
mempertahankan nilai-nilai tradisional kepada peserta didiknya, namun bila kita
sambung atau saling diketerkaitkan antara aliran konservatif dengan aliran
progressive, itu akan adanya kemajuan dalam dunia pendidikan sendiri. Tentu
saja peru pengawasan yang kuat dengan penggunaan teknologi yang dilakukan oleh
peserta didik. Pendidik harus mampu mengarahkan atau mengajarkan yang baik dan
juga positif, sehingga peserta didik akan mampu mengolah kreativitas serta
bakat yang dimilikinya.
Apa sih Aliran Progressive itu? Bagi
yang belum mengetahui mungkin terasa asing didengar tentang aliran tersebut.
Aliran progressive ada di dalam filsafat pendidikan, yang mempunyai konsep yang
didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai
kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi masalah yang menekan atau
mengancam adanya manusia itu sendiri. Maksudnya bila kita kaitkan dengan dunia
pendidikan, peserta didik itu sebenarnya mampu untuk menemukan pembelajaran
sendiri meskipun guru tidak menjelaskan terlebih dahulu. Karena didukung oleh
kecanggihan teknologi yang dihasilkan pada abad modern seperti ini. Tentu saja
mengapa di tahun-tahun sebelumnya pemerintah sempat memberlakukan kurikulum
2013 (K13/Kurtilas), karena kurtilas ini cocok dengan aliran progressive.
Kurtilas dibuat agar siswa mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.
Namun, kurtilas saat ini tengah diberhentikan untuk di evaluasi dan kita masih
beralih ke KTSP. Sebenarnya pada intinya sama saja mau itu kurtilas ataupun
KTSP, tujuannya adalah mampu mengembangkan bakat, minat ataupun potensi yang
dimiliki oleh peserta didik.
Ada dampak positif dan dampak
negative yang dihasilkan dari berjalan bersamaannya aliran konservatif dan
aliran progressive, sebab arahnya yang berlawanan, tetapi memiliki tujuan yang
baik dalam pendidikan. Dampak positif, peserta didik tidak merasa terkekang
dengan adanya pendidik yang masih menggunakan nilai-nilai terdahulu (keberadaan
zaman modern mendorong pendidik mau tidak mau harus mengikuti perkembangan
zaman); peserta didik mampu menggunakan sarana atau alat pendidikan yang mana
akan memperluas wawasannya, tidak hanya menunggu diberitahu oleh guru, anak
mampu mencarinya sendiri, dan masih banyak lagi dampak positif yang diperoleh.
Dampak negative, dalam penggunaan teknologi bila tidak digunakan pada hal yang
positif oleh anak, itu dapat menjerumuskan anak ke lembah pergaulan atau
perbuatan yang negative.
Dengan demikian perlu adanya
keseimbangan yang pendidik harus lakukan kepada peserta didiknya. Keseimbangan
itu berupa mampu menelaah dan menerima kedua aliran filsafat pendidikan
konservatif dan progressive yang mana sebagai pendidik/guru akan menerapkannya
pada dunia pendidikan Indonesia. Itu tentu saja agar pendidikan di Negara
Indonesia mampu memperoleh kemajuan dalam semua bidang, baik itu bidang
akademik maupun bidang non akademik. Kemajuan tersebut adalah untuk Negara
Indonesia sendiri kedepannya, agar mencetak generasi penerus bangsa yang
memiliki intelektualitas yang tinggi. Agar mampu menyetarakan pendidikan dengan
Negara-negara yang pendidikannya sudah bagus dan maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar