Uraian berikut ini akan
memberikan penjelasan tentang pola dasar pendidikan aliran esensialisme yang
didasari oleh pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup yang
mengarah kepada keduniaan, serba ilmiah dan materialistik.
Untuk mendapatkan pemahaman pola dasar yang lebih rinci kita harus mengenal
dari referensi pendidikan esensialisme. Imam Barnadib (1985)11) mengemukakan
beberapa tokoh terkemuka yang berperan dalam penyebaran aliran essensialisme
dan sekaligus memberikan pola dasar pemikiran mereka.
1. Desidarius
Erasmus, humanis Belanda yang hidup pada akhir abad ke15 dan permulaan
abad ke 16, adalah tokoh pertama yang menolak pandangan hidup yanag berbijak
pada “dunia lain”. Ia berusaha agar kurikulum di sekolah bersifat humanistis
dan bersifat internasional, sehingga dapat diikuti oleh kaum tengahan dan
aristokrat.
2. Johann
Amos Comeniuc (1592-1670), tokoh Reinaissance yang pertama yang berusaha
mensistematiskan proses pengajaran. Ia memiliki pandangan realis yang dogmatis,
dan karena dunia ini dinamis dan bertujuan, maka tugas kewajiban pendidikaan
adalah membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan.
3. John
Lock (1632-1704), tokoh dari inggris dan populer sebagai “pemikir dunia”
mengatakan bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat dengan situasi dan kondisi.
4. Johann
Henrich Pestalozzi (1746-1827), mempunyai kepercayaan bahwa sifat-sifat alam
itu tercermin pada manusia, sehingga pada diri manusia terdapat
kemampuan-kemampuan wajarnya. Selain itu ia percaya kepada hal-hal yang
transendental, dan manusia mempunyai hubungan transendental langsung dengan
Tuhan.
5. Johann
Frederich Frobel (1782-1852), seorang tokoh transendental pula yang corak
pandangannya bersifat kosmissintetis, dan manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan
yang merupakan bagian dari alam ini. Oleh karena itu ia tunduk dan mengikuti
ketentuan dari hukum-hukum alam. Terhadap pendidikan ia memandang anak sebagai
makhluk yang berekspresi kreatif, dan tugas pendidikan adalah memimpin peserta
didik kearah kesadaran diri sendiri yang murni, sesuai fitrah kejadiannya.
6. Johann Fiedrich
Herbart (1776-1841), salah seorang murid Immanuel Kant yang berpandangan
kritis. Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa
seseorang dengan kebajikan dari Yang Mutlak, berarti penyesuaian dengan
hukum-hukum kesusilaan, dan ini pula yang disebut “pengajaran yang mendidik”
dalam proses pencapaian pendidikan.
7. Tokoh terakhir
dari Amerika Serikat, William T. Harris (1835-1909)-pengikut Hegel, berusaha
menerapkan Idealisme Obyektif pada pendidikan umum. Menurut dia bahwa tugas
pendidikan adalah mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang
pasti, berdasarkan kesatuan spiritual. Keberhasilan sekolah adalah sebagai
lembaga yang memelihara nilai-nilai yang telah turun temurun dan menjadi
penuntun penyesuaian diri setiap orang kepada masyarakat .
Jadi, aliran filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang
menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama dan Aliran Esensialisme
ini memandang bahwa pendidikan yang bertumpu pada dasar pandangan fleksibilitas
dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-ubah,
mudah goyah, kurang terarah, tidak menentu dan kurang stabil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar