1. Materialisme Mekanik
Materialisme
mekanik adalah aliran filsafat yang pandangannya materialis sedangkan metodenya
mekanis. Aliran ini mengajarkan bahwa materi itu selalu dalam keadaan gerak dan
berubah, geraknya itu adalah gerakan yang mekanis artinya, gerak yang tetap
selamanya atau gerak yang berulang-ulang (endless loop) seperti mesin yang
tanpa perkembangan atau peningkatan secara kualitatif.
Materialisme
mekanik tersistematis ketika ilmu tentang meknika mulai berkembang dengan
pesat, tokoh-tokoh yang terkenal sebagai pengusung materialisme pada waktu itu
ialah Demokritus (± 460-370 SM), Heraklitus (±500 SM) kedua pemikir
Yunanai ini berpendapat bahwa aktivitas psikik hanya merupakan gerakan
atom-atom yang sangat lembut dan mudah bergerak.
Mulai abad ke-4
sebelum masehi pandangan materialisme primitif ini mulai menurun pengaruhnya
digantikan dengan pandangan idealisme yang diusung oleh Plato dan Aristoteles.
Sejak itu, ± 1700 tahun lamanya dunia filsafat dikuasai oleh filsafat
idealisme.
Baru pada akhir
jaman feodal, sekitar abad ke-17 ketika kaum borjuis sebagai klas baru dengan
cara produksinya yang baru, materialisme mekanik muncul dalam bentuk yang lebih
modern karena ilmu pengetahuan telah maju sedemikian pesatnya. Pada waktu itu
ilmu materialisme ini menjadi senjata moril / idiologis bagi perjuangan klas
borjuis melawan klas feodal yang masih berkuasa ketika itu. Perkembangan
materialisme ini meluas dengan adanya revolusi industri, di negeri-negeri
Eropa. Wakil-wakil dari filsafat materialis pada abad ke-17 adalah Thomas
Hobbes(1588-1679 M), Benedictus Spinoza (1632-1677 M) dsb. Aliran
filsafat materialisme mekanik mencapai titik puncaknya ketika terjadi Revolusi
Perancis pada abad ke-18 yang diwakili olehPaul de Holbach (1723-1789 M),
Lamettrie (1709-1751 M) yang disebut juga materialisme Perancis.
Materialisme
Perancis dengan tegas mengatakan materi adalah primer dan ide adalah sekunder,
Holbach mengatakan : “materi adalah sesuatu yang selalu dengan cara-cara
tertentu menyentuh panca indera kita, sedang sifat-sifat yang kita
kenal dari bermacam hal-ichwal itu adalah hasil dari bermacam impresi atau
berbagai macam perubahan yang terjadi di alam pikiran kita terhadap hal-ichwal
itu”. Materialisme Perancis menyangkal pandangan religus tentang penciptann
dunia (Demiurge), yang sebelum itu menguasai alam pikiran manusia.. Bahkan
secara terang-terangan Holbach mengatakan “nampaknya agama itu diadakanhanya
untuk memperbudak rakyat dan supaya mereka tunduk dibawah kekuasaan raja lalim.
Asal manusia merasa dirinya didalam dunia ini sangat celaka, maka ada orang
yang datang mengancam mereka dengan kemarahan Tuhan, memakasa mereka diam dan
mengarahkan pandangan mereka kelangit, dengan demikian mereka tidak lagi dapat
melihat sebab sesungguhnya daripada kemalangannnya itu”.
Materialisme
Perancis adalah pandangan yang menganggap segala macam gerak atau gejala-gejala
yang terjadi dialam itu dikuasai oleh gerakan mekanika, yaitu pergeseran tempat
dan perubahan jumlah saja. Bahkan manusia dan segala aktivitetnya pun dipandang
seperti mesin yang bergerak secara mekanik, ini tampak jelas sekali dalam karya
Lamettrie yang berjudul “Manusia adalah mesin”. Mereka tidak melihat adanya
peranan aktif dari ide atau pikiran terhadap materi. Pandangan ini adalah ciri
dan sekaligus kelemahan materialisme Perancis.
2. Materialisme
metafisik
Materialisme metafisik mengajarkan bahwa materi itu selalu dalam keadaan
diam, tetap atau statis selamanya seandainya materi itu berubah maka
perubahan tersebut terjadi karena faktor luar atau kekuatan dari luar. Gerak
materi itu disebut gerak ekstern atau gerak luar. selanjutnya materi itu dalam
keadaan terpisah-pisah atau tidak mempunyai hubungan antara satu dengan yang
lainnya.
Materialisme metafisik diwakili oleh Ludwig Feurbach, pandangan
materialisme ini mengakui bahwa adanya “ide absolut” pra-dunia dari Hegel ,
adanya terlebih dahulu “kategori-kategori logis” sebelum dunia ada, adalah
tidak lain sisa-sisa khayalan dari kepercayaan tentang adanya pencipta diluar
dunia; bahwa dunia materiil yang dapat dirasakan oleh panca indera kita adalah
satu-satunya realitet.
Tetapi materialisme metafisik melihat segala sesuatu tidak secara
keseluruhannya, tidak dari saling hubungannya, atau segala sesuatu itu berdiri
sendiri. Dan segala sesuatu yang real itu tidak bergerak, diam.
Pandangan ini mengidamkan seorang manusia suci atau seorang resi suci yang
penuh cinta kasih. Feurbach berusaha memindahkan agama lama yang menekankan
hubungan manusia dengan Tuhan menjadi sebuah agama baru yaitu hubungan cinta
kelamin antara manusia dengan manusia. Seperti kata Feurbach: “Tuhan adalah
bayangan manusia dalam cermin”, Feurbach menentang teologi, dalam filsafatnya
atau “agama baru”-nya Feurbach mengganti kedudukan Tuhan dengan manusia,
pendeknya manusia itu Tuhan. Feurbach tidak melihat peran aktif dari ide dalam
perkembangan materi, yang materi bagi Feurbach adalah misalnya, manusia (baca:
materi, pen) sedangkan dunia dimana manusia itu tinggal tidak ada baginya, atau
menganggap sepi ativitet yang dilakukan manusia/materi tersebut.
Materialisme metafisik menganggap kontradiksi sebagai hal yang irasionil
bukan sebagai hal yang nyata, disinilah letak dari idealisme Feurbach.
Pandangannya bertolak daripada materialisme tetapi metode penyelidikan yang
dipakai ialah metafisis. Metode metafisis inilah yang menjadi kelemahan
terbesar bagi materialisme Feurbach.
3. Materialisme
dialektis
Materialisme dialektis adalah aliran filsafat yang bersandar pada matter
(benda) dan metodenya dialektis. Aliran ini mengajarkan bahwa materi itu
mempunyai keterhubungan satu dengan lainnya, saling mempengaruhi, dan saling
bergantung satu dengan lainnya. Gerak materi itu adalah gerakan yang dialektis
yaitu pergerakan atau perubahan menuju bentuk yang lebih tinggi atau lebih maju
seperti spiral. Tokoh-tokoh pencetus filsafat ini adalah Karl Marx
(1818-1883 M), Friedrich Engels (1820-1895 M).
Gerakan materi itu adalah gerak intern, yaitu bergerak atau berubah karena
dorongan dari faktor dalamnya (motive force-nya). Yang disebut “diam” itu hanya
tampaknya atau bentuknya, sebab hakikat dari gejala yang tampaknya atau
bentuknya “diam” itu isinya tetap gerak, jadi “diam” itu juga suatu bentuk
gerak.
Metode yang dipakai adalah dialektika Hegel, Marx mengakui bahwa orang Yunani-lah
yang pertama kali menemukan metode dialektika, tetapi Hegel-lah yang
mensistematiskan metode tersebut. Tetapi oleh Marx dijungkir balikkan dengan
bersandarkan materialisme. Marx dan temannya Engels mengambil materialisme
Feurbach dan membuang metodenya yang metafisis sebagai dasar dari filsafatnya.
Dan memakai dialektika sebagai metode dan membuang pandangan idealis Hegel.
Dialektika Hegel menentang dan menggulingkan metode metafisis yang selama
beabad-abad menguasai lapangan filsafat. Hegel mengatakan “yang penting
dalam filsafat adalah metode bukan kesimpulan-kesimpulan mengenai ini dan itu”.
Ia menunjukkan kelemahan-kelemahan metafisika :
1. Kaum
metafisis memandang sesuatu bukan dari keseluruhannya, tidak dari saling
hubungannya, tetapi dipandangnya sebagai sesuatu yang berdiri sendiri,
sedangkan Hegel memandang dunia sebagai badan kesatuan, segala sesuatu
didalamnya terdapat saling hubungan organic.
2. Kaum
metafisis melihat segala sesuatu tidak dari geraknya, melainkan sebagai yang
diam, mati dan tidak berubah-ubah, sedang Hegel melihat segala sesuatu dari
perkembangannya, dan perkembangannya itu disebabkan kontradiksi internal, kaum
metafisik berpendapat bahwa: “segala yang bertentangan adalah irasionil”.
Mereka tidak tahu bahwa akal (reason) itu sendiri adalah pertentangan.
3. Sumbangan
Hegel yang terpenting adalah kritiknya tentang evolusi vulgar, yang pada ketika
itu sangat merajalela, dengan mengemukakan teorinya tentang “lompatan” (sprong)
dalam proses perkembangan. Sebelum Hegel sudah banyak filsuf yang mengakui
bahwa dunia ini berkembang, dan meninjau sesuatu dari proses perkembangannya,
tetapi perkembangannya hanya terbatas pada perubahan yang berangsur-angsur
(perubahan evolusioner) saja. Sedang Hegel berpendapat dalam proses perlembangan
itu pertentangan intern makin mendalam dan meruncing dan pada suati tingkat
tertentu perubahan berangsur-angsur terhenti dan terjadilah “lompatan”. Setelah
“lompatan” itu terjadi, maka kwalitas sesuatu itu mengalami perubahan.
Akan tetapi dialektika Hegel ini diselimuti dengan kulit mistik,
reaksioner, yaitu pandangan idealismenya sehingga dia memutar balikkan keadaan
sebenarnya. Hukum tentang dialektika yaitu hukum tentang saling hubungan dan
perkembangan gejala-gejala yang berlaku didunia ini dipandangnya bukan seabagai
suatu hal yang obyektif, yang primer melainkan perwujudan dari “ide absolut”.
Kulitnya yang reaksioner inilah yang kemudian dibuang oleh Marx, dan isinya
yang “rasionil” diambil serta ditempatkan pada kedudukan yang benar.
Sedangkan jembatan antara Marx dan Hegel adalah
Feurbach, Materialisme dijadikan sebagai dasar filsafatnya tetapi Feurbach
melihat gerak dari penjuru idealisme yang membuat ia berhenti dan membuang
dialektika Hegel. Membuat hasil pemeriksaannya terpisah dan abstrak, Marx
membuang metode metafisisnya, dan menggantinya dengan dialektika, sehingga
menghasilkan sebuah system filsafat baru yang lebih kaya dan lebih sempurna
dari pendahulunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar